29 April 2009

BENTARA: Ngawurnya Bupati Pranda

Beberapa Pernyataan yang Memojokkan Gereja

Oleh Frans Anggal

Bupati Mabar Fidelis Pranda melontarkan pernyataan keras terhadap Gereja dalam seminar tambang di Labuan Bajo, Sabtu 25 April 2009. Tentang pernyataan ini, Flores Pos dan Pos Kupang hanya menyinggungnya sedikit. Yang lengkap justru beredar via SMS. Administrator Keuskupan Ruteng Rm Laurens Sopang Pr meneruskan SMS dari Rm Robert Pelita Pr di Labuan Bajo.

“Ini pernyataan-pernyataan Bupati Pranda yang bernada memojokkan Gereja kemarin dalam seminar. (1) Gereja jangan menjadi provokatur di tengah masyarakat. Kalau masyarakat sudah setuju kehadiran tambang, untuk apalagi kamu masuk ke sana? Jangan mengadu domba masyarakat. (2) Cincin nikah, cincin uskup, dan piala misa itu dari mana? (3) Mengapa pembalakan liar Gereja tidak omong, tapi tambang ngotot sekali? (4) Kita urus saja bidang kita masing-masing. Gereja jangan campur tangan lagi soal tambang. (5) Apa itu JPIC? Sampai dia buat pelesetan menjadi Gipi Asi, dengan nada sinis. (6) Dia menyapa Pater Simon sebagai Saudara. Tapi diawali dengan nada sinis juga. ‘Saya panggil Pater atau Pa moderator ini. Saya panggil Saudara saja. Karena saya tahu pastor itu hanya urus Gereja.’ (7) Yang menolak tambang itu anti-Pancasila dan UUD ’45.”

Bila ketujuh pernyataan Pranda dikritisi, kolom ini terlalu pendek. Ringkas saja, kata-katanya memang keras. Keras, karena memojokkan, bukan karena logis dan benarnya. Ia bernyali mengkritik Gereja dan para imam, sayangnya dengan bekal pengetahuan yang parah. Akibatnya: tahu sedikit, omong banyak. Tahu tidak betul, omong ngawur.

Dia tidak sendirian. Di Ende dan Lembata ada juga. Tahun 2008, ketika JPIC SVD dan Keuskupan Agung Ende mendampingi 11 pemilik tanah yang dikorbankan dalam ganti rugi tanah PLTU Ropa, Camat Maurole Gregorius Gadi mencap para imam provokatur, menghasut rakyat melawan pemerintah. Di Lembata, Wakil Bupati Andreas Nula Liliweri juga menuduh para imam provokatur karena memihak masyarakat menolak tambang emas.

Tanggapan para imam? Singkat saja. Ini misi kehadiran Gereja yang tidak bisa ditawar-tawar. Bagi imam Katolik, tak ada pelayanan kepada Allah tanpa kepedulian terhadap sesama dan alam ciptaan. Tanggapan ini pun terasa cukup untuk dialamatkan kepada Bupati Pranda.

Seorang bupati cerdas, Katolik, yang tahu hakikat, tugas, dan fungsi Gereja serta kaum tertahbis, dan bersih diri, tak mungkin omong ngawur. Kalau sampai ngawur, mungkin ada apa-apanya. Lazimnya, pemojokan terhadap Gereja dan cap provokatur terhadap para imam merupakan tanda kegelisahan kekuasaan menghadapi kebusukannya sendiri yang tengah terancam terbongkar kedoknya.

Untuk itu, Gereja dan para imam akan maju terus. Ini tugas perutusan. Bersuara lantang justru ketika semua orang memilih diam.

“Bentara” FLORES POS, Rabu 29 April 2009


SENGGOL

Di Sikka, empat kantor pemerintah dibobol maling.
Satpam jadi satnyak (satuan nyenyak).

Para saksi minta hitung ulang, pleno KPU Lembata ricuh.
Ikrar pemilu damai dulu itu, di mana?

Di Ende, UN SMP/MTs hari pertama berjalan lancar.
Biasa, semuanya lancar, kecuali otak.

Om Toki

1 komentar:

  1. kondisi yg terjadi di labuan bajo atau kondisi yang sedang di hadapi oleh bupati Mabar disebabkan karena kurang adanya komunikasi antara pemerintah & gereja,,,,

    Pada umumnya gereja seharusanya & sebaiknya melakukan pembicaraan dengan pemerintah sehingga terjadi suatu komunikasi yang baik & sangat relevan,,,bukannya menjadi pengecut dengan hanya kasak kusuk di belakang,,,

    paling bagus & baik apabila gereja & pemerintah melakukan pembicaraan / komunikasi sehingga masing2 pihak dapat mengetahui pandangan & pemikiran masing2,,,,

    Jangan nnti nya yang ada Pihak-pihak lain yg memiliki kepentingan politik di Manggarai Barat yang memanfaatkan situasi ini,,,dan saya yakin pemerintah tidak sebodoh & sepengecut sama seprti pihak2 yang memanfaatkan situasi ini...

    seminar - seminar yang diselenggarakan oleh gereja ( katanya,,,????) saya rasa tidaklah pantas dikatakan sebagai seminar,,,,karena orang-orang yang hadir sebagai nara sumber ataupun sebagai peserta seminar adalah orang-orang yang tidak kompeten di bidang pertambangan, mineral,,,,

    Gereja???? hanya memikirkan dari segi kemanusiaan saja,,,dan hanya bisa membandingkan kejadian2 di wilayah lain,,,,berarti yang di alami oleh gereja hanyalah TRAUMA,,,itu penyakit yang harus di sembuhkan,,,,KETAKUTAN,,,kalau2 akan terjadi hal yang sama,,,

    setahu saya semua prosedur dan tahap2an explorasi sudah di lakukan oleh pemerintah,,,

    lagian klo pun pada nantinya tambang ini merugikan banyak orang terutama masyarakat, pemerintah akan menghentikan ini,,,

    cobalah semua warga Manggarai Barat bisa berpikir dewasa & demokrasi sehingga semua permasalahan memperoleh jalan keluar yang paling, amat sangat terbaik buat semua rakyat mabar,,,,

    kita sebagai Rakyat MABAR jangan hanya bisa Menuntut, memojokkan, mengkritik, mencari2 kesalahan org lain karena memiliki kepentingan terhadap sesuatu,,,,who knows?????,,,,

    Bersikaplah Dewasa,,,,

    BalasHapus