25 Mei 2009

STFK Ledalero Siap Jadi Garam dan Terang

Perayaan Puncak Pancawindu STFK Ledalero

Oleh Kristianto Naben


LEDALERO (FP) - Perayaan Pancawindu Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero adalah sebuah perayaan syukur untuk perjalanan panjang yang telah dilalui STFK Ledalero. Momentum perayaan ini dimaknai oleh STFK Ledalero untuk menegaskan jati dirinya untuk siap menjadi garam dan terang bagi dunia.


Uskup Agung Ende Mgr Vincent Sensi Potokota memimpin perayaan ekaristi puncak, Sabtu (23/5. foto p ito dogho svd

“Usia pancawindu STFK Ledalero ini mesti dimaknai sebagai sebuah momentum revitaliasi, menggairahkan sebuah komitmen besar yang sedang dan terus akan kita usung melalui kiprah misioner kita di mana saja dan dalam bentuk apa saja. Perayaan kita juga harus menjadi sebuah afirmasi, sebuah peneguhan dan dukungan yang tulus agar Ledalero akan selamanya jadi tempat pencerahan dan pencerdasan bagi kader-kader Gereja Kristus. Semoga apapun ilmu dan proses olah budi serta perilaku akademik yang dikembangkan di STFK Ledalero membuka mata segala bangsa untuk melihat terang abadi,” kata Uskup Agung Ende, Mgr Vincent Sensi Potokota dalam kotbahnya pada perayaan ekaristi Pancawindu STFK Ledalero, di aula Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, Sabtu (23/5).

Menurut Uskup Sensi, pencerahan dan pengetahuan tentang kebenaran-kebenaran sejati, nilai-nilai dan kearifan-kearifan akademik pada gilirannya harus terungkap dalam kecerdasan, kebijaksanaan dan komitmen pelayanan misioner warga STFK Ledalero. Ini harus terungkap dalam karya perutusan sebagai saksi hidup di lapangan.

“Yang diutus lembaga ini adalah atas nama Gereja sebagai garam dan terang. Bekal pencerahan dan pencerdasan yang kita timba di lembaga ini mesti berdaya guna yakni dapat mengasinkan dan mengawetkan apa saja yang kita temukan dalam perutusan kita. Kita adalah garam dan terang jika pengabdian dan pelayanan kita tanpa pamrih dan kita hidup benar, jujur, adil dan damai,” kata Uskup Sensi.


Dengan menjadi garam dan terang, langkah perutusan para warga STFK Ledalero mesti mengurangi jumlah bingung dan tersesat dan tidak tahu arah. Menjadi garam dan terang juga harus terungkap dalam beragam kesaksian hidup yang mencerminkan bahwa kekayaan nilai-nilai Ilahi yang diajarkan dan dikembangkan di STFK Ledalero sungguh merupakan tawaran keselamatan yang pasti dan meyakinkan.

Ketua Yayasan Persekolahan St Paulus, P. Amatus Woi SVD, dalam sambutannya mengatakan para alumni STFK Ledalero telah tersebar di berbagai penjuru dunia dan menjangkau daerah-daerah yang sulit. Sewaktu berkunjung ke wilayah perbatasan Indonesia dan Papua Nugini , ia menjumpai seorang awam alumni STFK Ledalero yang berkarya di sana.

“Kepada saudara-saudara saya awam alumni STFK Ledalero, janganlah menganggap bahwa perjalanan Anda yang tidak menjadi imam adalah menjadi yang terbuang. Itu adalah rencana Tuhan,” katanya.

Pater Amatus juga menyampaikan rasa bangga kepada STFK Ledalero yang telah menghasilkan alumni yang andal. STFK Ledalero telah aktif dalam berbagai bentuk keterlibatan seperti mendidik putra dan putri dari wilayah ini, keterlibatan sosial dalam bentuk pembentukan opini, publikasi-publikasi dan keterlibatan dalam berbagai problematika sosial kemasyarakatan. Kompetensi utama mereka yang dididik di STFK Ledalero adalah mereka yang menjadi rohaniwan. Mereka yang inilah yang memegang peran dalam setiap Gereja Lokal di wilayah ini.

“Kalau dihitung-hitung, 99 % imam yang memegang posisi penggembalaan umat di wilayah ini adalah alumni STFK Ledalero,” katanya. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang mendukung penyelenggaraan pendidikan di STFK Ledalero.

Sementara itu, wakil alumni STFK Ledalero, Kristo Blasin mengatakan pada momen perayaan Pancawindu STFK Ledalero ini harus disyukuri karena STFK Ledalero telah menjadikan dirinya sebuah panti ilmu dan iman serta wadah penyelamatan bagi sebanyak mungkin orang. Para alumni telah membaktikan diri dalam berbagai bidang kehidupan. Ada suka dan duka yang telah dialami para alumni selama menjalani pendidikan di STFK Ledalero.

“STFK Ledalero tidak membekali para alumni dengan uang atau harta tetapi daripadanya alumni diberi kesempatan untuk mereguk nilai-nilai demi membangun jati diri di tengah dunia. Ledalero telah menghasilkan insan-insan berkualitas baik yang imam maupun awam. Ini telah terbukti telah mengangkat Ledalero ke tempat publik dan disegani di tengah masyarakat,” katanya.

Ia berharap, ada komunikasi yang intens antara STFK Ledalero dan para alumni untuk kelangsungan pendidikan di STFK Ledalero serta pengabdian dan pelayanan di tengah masyarakat.

Gubernur NTT, Frans Leburaya, dalam sambutannya mengucapkan terima kasih dan profisiat kepada STFK Ledalero yang telah banyak berjasa dan memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi Gereja dan masyarakat. Kehadiran dan keberadaan STFK Ledalero telah memberikan warna tersendiri bagi upaya meningkatkan sumber daya manusia di NTT melalui karya pendidikan dan pembinaan calon imam. Mengatasnamai pemerintah dan masyarakat NTT Lebu Raya mengucapkan terima kasih dan profisiat untuk kontribusi STFK Ledalero. Ia berharap agar keluarga besar STFK Ledalero terus berkarya demi pembangunan manusia di Nusa Tenggara Timur.

Perayaan ekaristi syukur Pancawindu STFK Ledalero ini dipimpin oleh Uskup Sensi sebagai selebran utama didampingi Uskup Denpasar yang juga dosen STFK Ledalero, Mgr Silvester San Pr, Provinsial SVD Ende P Amatus Woi SVD, Provinsial SVD Timor P Simon Bata SVD, Provinsial SVD Ruteng P. Sebast Hobahana SVD serta sejumlah besar imam. Hadir juga para awam alumni STFK Ledalero dari berbagai daerah dan pejabat pemerintahan dari Kupang yang datang bersama rombongan gubernur serta pejabat di lingkup Pemkab Sikka.*

Selengkapnya...

Dua Anak Menderita Demam Berdarah

Saat Ini Sedang Dirawat RSUD Maumere

Oleh Wall Abulat

MAUMERE (FP) - Sepekan terakhir petugas Ruang Anak RSUD Maumere merawat dua penderita demam berdarah dengue (DBD): Tesa (9 tahun) dan Har (3 bulan). Trombosit keduanya turun drastis.

Disaksikan Flores Pos, Sabtu (23/5) kedua pasien ini terbaring lemah. Botol infus dipasang pada kedua lengan. Kondisi bayi Har jauh lebih lemah dari Tesa. Ia sering menangis. Keduanya didampingi orang tua masing-masing.

Dokter Mario B. Nara kepada Flores Pos usai melakukan visitasi pasien menjelaskan kedua pasien mengalami penurunan trombosit yang sangat drastis di bawah 100 ribu. “Idealnya trombosit di atas 150 ribu,” kata Mario.

Dari pemeriksaan medis, katanya, diketahui pasien Tesa masuk kategori demam berdarah stadium III, sedangkan Har masuk kategori DBD stadium II.

Mario berjanji berusaha maksimal memberikan perawatan agar kondisi keduanya kembali normal.

Data Flores Pos di ruang anak RSUD Maumere, Sabtu (23/5) menyebutkan selama periode Januari-23 Mei 2009 saja, tercatat 125 balita dan anak-anak menderita DBD, dan tiga di antaranya meninggal dunia. Rinciannya: Januari terdapat 42 kasus DBD, Februari (27), Maret (17), April (28), dan 1-23 Mei 2009 terdapat 10 kasus.

Kepala Bidang (Kabid) Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) pada Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Iskak Latiantoro yang dihubungi terpisah menjelaskan petugas sudah dan sedang mengintensifkan pengasapan/fogging di semua lokasi yang positif DBD. Pengasapan dilakukan dalam radius antara 100-200 meter dari lokasi pasien berdomisili. “Petugas sudah gencar lakukan pengasapan,” katanya.

Selain pengasapan, Dinas Kesehatan telah mendrop abate ke setiap puskesmas. Selanjutnya abate akan diberikan/dibagikan kepada warga yang membutuhkannya. “Stok abate di setiap puskesmas masih ada,” katanya.

DBD disebabkan infeksi virus dengue. Penularan virus ini diperantarai dua jenis nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua nyamuk ini mengisap virus dengue dari seorang penderita dan menularkannya kepada orang yang sehat melalui seorang penderita. Melalui gigitan kedua nyamuk ini, virus dengue masuk ke tubuh manusia yang kemudian berkembang biak dan menginfeksi manusia.*


Selengkapnya...

Ketua STFK Ledalero Jadi Guru Besar

Guru Besar Pertama untuk PTS di NTT

Oleh Kristianto Naben



LEDALERO (FP) - Keluarga besar Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero patut bergembira dan bersyukur. Pada usianya ke-4o, STFK Ledalero mendapat kado ulang tahun yang istimewa.

Ketua Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah VIII, Baharuddin AB, mengumumkan bahwa Ketua STFK Ledalero, P. Dr Konrad Kebung SVD telah diangkat oleh Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo menjadi Guru Besar atau Profesor.

Pengangkatan ini tertuang dalam Surat Keputusan (SK) Nomor 12811/A4.5/KP/2009 tanggal 2 Februari 2009. Baharuddin mengumumkan hal ini saat memberikan sambutan pada acara Perayaan Pancawindu STFK Ledalero, Sabtu (23/5).

Baharuddin mengatakan, pengangkatan Pater Konrad menjadi guru besar menambah barisan guru besar, yang jumlahnya 12 orang pada Kopertis Wilayah VIII yang mencakup Bali, NTT dan NTB.

“Dari sekian guru besar yang kita punya ini baru tiga orang yang guru besar dari tenaga pengajar tetap yayasan yang bukan pegawai negeri sipil. Dua orang baru dihasilkan oleh Universitas Pendidikan Nasional dan yang satu dari STFK Ledalero.

Untuk Perguruan Tinggi swasta di NTT, STFK Ledalero telah membuat sejarah baru dengan memiliki seorang guru besar, yaitu Pater Konrad. Dia adalah guru besar pertama untuk Perguruan Tinggi Swasta di NTT. Saya ucapkan selamat untuk prestasi yang telah diraih STFK Ledalero ini,” katanya.

Kepada Flores Pos usai mengikuti acara resepsi, Baharuddin menjelaskan guru besar adalah jabatan fungsional tertinggi untuk seorang dosen. Untuk proses yang normal, seorang dosen harus melalui jenjang seperti asisten, lektor, lektor kepala dan guru besar. Seorang dosen yang telah meraih gelar S3 dapat loncat jabatan jika kredit poinnya sudah cukup. Berdasarkan UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, untuk mendapat jabatan fungsional sebagai guru besar, seorang dosen harus mengumpulkan kredit sebanyak 850-1050. Untuk mencapai kredit itu, seorang dosen harus menghasilkan empat publikasi ilmiah di tingkat nasional maupun internasional.

Seorang guru besar, demikian Baharuddin, akan mendapat beberapa tunjangan dari negara seperti tunjangan profesi, tunjangan kehormatan dan tunjangan kemaslahatan. Pembayaran untuk tunjangan ini akan dilakukan setelah ada acuannya berupa Peraturan Pemerintah yang belum ditandatangani oleh Presiden namun drafnya sudah ada di meja presiden.

“Pater Konrad sudah mengumpulkan 1.010 kredit. Saya harap dalam waktu dekat beberapa dosen dari STFK Ledalero yang sudah disertifikasi dapat mengurus administrasi untuk segera diproses agar mendapat jabatan fungsional sebagai guru besar. Sekolah yang memiliki guru besar memberikan kredit poin tersendiri bagi sekolah tersebut dan akan menaikkan akreditasi sekolah,” katanya sambil menambahkan bahwa pengukuhan Pater Konrad sebagai guru besar merupakan tanggung jawab STFK Ledalero.*

Selengkapnya...

Penetapan Caleg Terpilih Tunggu Putusan MK

Untuk DPRD NTT

Oleh Leonard Ritan

KUPANG (FP) - KPU NTT terpaksa menunda penetapan perolehan kursi partai politik peserta pemilu 2009 dan calon anggota terpilih untuk DPRD NTT, karena masih ada gugatan dari partai politik di Mahkama Konstitusi (MK). Penetapannya masih menunggu keputusan MK yang saat ini masih dalam proses persidangan.

Pernyataan ini disampaikan anggota KPUD NTT, Yoseph Dazi Jawa kepada wartawan di ruang kerjanya, Senin (25/5).

Ia menjelaskan, gugatan itu dilakukan caleg Demokrat di daerah pemilihan NTT enam yang meliputi Kabupaten Sikka, Ende, Nagekeo dan Ngada atas nama Johny Woda. Gugatan yang dilakukan Woda difokuskan di Kabupaten Ende. Menurutnya, penetapan perolehan suara caleg di KPUD Ende merugikan dirinya. Intinya, gugatan ini berkaitan dengan perolehan suara sah untuk para caleg di Partai Demokrat. Pada hari Jumat (29/5) nanti, sidang di MK memasuki tahap pembuktian.

Dazi Jawa menyampaikan, dari tahap pembuktian itu sudah dapat diketahui seperti apa sikap MK. Ada sejumlah kemungkinan yang diperoleh seperti menolak gugatan dan meminta penyelenggara untuk menghitung ulang. Jika pilihan kedua yang diambil, maka KPUD Ende harus menghitung ulang perolehan suara untuk Johny Woda dengan berpedoman pada format C1, karena merupakan putusan sela yang harus ditindaklanjuti. Hasil hitungan ulang tersebut kemudian diserahkan kembali ke MK untuk diambil keputusan final.

“Jadi penetapan perolehan kursi parpol dan caleg terpilih untuk DPRD NTT baru kita lakukan setelah putusan sidang di MK. Kita harapkan dalam waktu dekat, MK sudah mengambil keputusan final atas gugatan itu,” tandas Dazi Jawa.

Senada disampaikan juru Bicara KPUD NTT, Djidon de Haan. Dikatannya, penetapan perolehan kursi parpol dan caleg terpilih untuk DPRD NTT sesuai jadwal harus dilakukan pada 20 Mei. Jadwal penetapan itu terpaksa ditunda karena masih ada gugatan dari parpol di MK.

Sesuai keputusan KPU nomor 15/2009, papar Djidon, jika ada KPUD provinsi atau kabupaten/kota digugat ke MK, penetapan perolehan kursi parpol dan caleg terpilih harus menunggu keputusan MK. “Keputusan MK hanya dua, yakni mengabulkan atau menolak gugatan. Apa yang diperintah MK kita akan laksanakan,” tandasnya.

Tentang materi gugatan, Djidon sampaikan, rata-rata menyangkut dugaan penggelembungan suara yang dilakukan oleh PPK dan KPUD setempat. Walau demikian, para penggugat harus membawa bukti berupa formulir C1 bahwa telah terjadi penggelembungan suara.

“Jika penggugat tak mampu membawa bukti seperti itu, saya yakin MK akan menolak gugatan mereka. Karena ini menjadi acuan atau dasar hukum bagi MK dalam mengambil keputusan,” ujar Djidon.

Gugatan parpol terhadap penyelenggara juga terjadi di lima kabupaten yakni Manggarai Barat, Ende, Ngada, Rote Ndao, dan Sumba Barat. Penetapan perolehan kursi parpol dan caleg terpilih untuk DPRD di lima kabupaten itu pun molor karena masih menunggu putusan MK atas gugatan sejumlah parpol. Namun tak disebutkan secara rinci parpol mana saja yang mengajukan gugatan ke MK.

Selengkapnya...

Hari Ini, Kabupaten Sabu Raijua Diresmikan

Oleh Leonard Ritan

KUPANG (FP) - Provinsi NTT kembali melahirkan satu kabupaten lagi hasil pemekaran Kabupaten Kupang, yakni Kabupaten Sabu Raijua. Pengresmian Sabu Raijua menjadi daerah otonom ke- 21 di NTT ini dilaksanakan di Jakarta , Selasa (26/5).

Asisten I Tata Pemerintahan Setdaprov, Yoseph Aman Mamulak kepada wartawan di ruang kerjanya, Senin (25/5) menyampaikan, kepastian pengresmian ini sudah diperolehnya melalui faxmile dari Departemen Dalam Negeri (Depdagri).

Ia menjelaskan, Sekeretaris Jenderal (Dekjen) Otonomi Daerah Depdagri, Porjuangan Situmorang telah mengirim faxmile tentang pengresmian Sabu Raijua sebagai kabupaten otonom. Faxmile tertanggal 23 Mei dengan nomor T.131.53/1313/Otda itu ditujukkan kepada gubernur NTT. Isinya, meminta gubernur memberitahu Thobias Ully yang kini menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (PPO) NTT yang ditunjuk sebagai penjabat Bupati Sabu Raijua untuk menghadiri acara pelantikan pada Selasa (26/5) pukul 09.00 Wib bertempat di Sasana Bakti Praja Depdagri Jakarta.

“Penjabat bupatinya sudah ke Jakarta untuk mengikuti gladi bersih di tempat pelantikan yang sedianya dilaksanakan pukul 14.00 Wib hari ini (kemarin). Pengresmian dan pelantikan ini dilakukan dalam satu paket dengan sejumlah kabupaten/kota lainnya se-Indonesia,” ungkap Mamulak.

Mamulak menyebutkan ada tiga tugas utama penjabat bupati yang dilakukan selama kurang lebih setahun masa kepemimpinannya. Tiga tugas utama itu yakni membentuk kelembagaan birokrasi, DPRD kabupaten, dan pemerintahan pembangunan masyarakat. Selain itu ditambah satu tugas lagi yakni memfaslitasi dan mendefinitifkan pemilihan hingga pelantikan bupati Raijua terpilih.

Tentang lembaga DPRD, Mamulak katakan tinggal pembentukan lembaganya. Karena keanggotaannya tak sama seperti kabupaten lainnya yang harus didahului dengan proses pergantian antar waktu (PAW) di kabupaten induk. Sesuai aturan, keanggotaan DPRD Sabu Raijua merupakan hasil pemilu legislatif 2009. Sehingga calon anggota legislatif yang akan ditetapkan untuk menduduki kursi DPRD Sabu Raijua adalah kader partai dari semua partaio politik peserta pemilu. Tentunya penetapannya nanti sesuai aturan yang berlaku di KPU.

Berdasarkan jumlah penduduk yang ada, tambah Mamulak, jumlah anggota DPRD Sabu Raijua berkisar antara 20- 25 orang. Namun semuanya bergantung pada mekanisme dan aturan yang berlaku. Sedangkan pembagian daerah pemilihannya akan ditetapkan oleh KPU sebagai penyelenggara pemilu. Kabupaten Sabu Raijua saat ini memiliki enam wilayah kecamatan.

Anggota DPRD NTT, Jonathan Kana meminta penjabat bupati Sabu Raijua terlantik untuk melaksanakan tugas sesuai dengan aturan yang berlaku. Semua anggaran yang diterima, hendaknya dimanfaatkan sesuai peruntukkannya dan dilaporkan secara berjenjang. Pengalaman yang tak terpuji di Kabupaten Manggarai Timur diharapkan tak terjadi di Sabu Raijua.

Dilihat dari letaknya, ungkap Kana, Kabupaten Sabu Raijua berbatasan langsung dengan negara tetangga, Australia . Karena itu pengamanan Sabu Raijua sebagai kabupaten perbatasan atau pulau terluar harus benar-benar diperhatikan. Sehingga koordinasi dengan pemerintahan yang lebih tinggi perlu dilakukan.

Dengan adanya pembentukan Kabupaten Sabu Raijua ini maka jumlah Kabupaten/Kota di NTT bertambah menjadi 21 daerah otonom. Kabupaten Kupang berhasil memekarkan dua kabupaten yakni Rote Ndao dan Sabu Raijua. Dari jumlah kabupaten/kota tersebut, sembilan kabupaten di daaratan Flores dan Lembata, empat kabupaten di pulau Sumba, lima kabupaten/kota di daeratan Timor, serta masing-masing satu kabupaten di pulau Alor, Rote, dan Sabu.

Selengkapnya...

Bupati Lakukan Mutasi, Lima Jadi Staf Ahli

Sekda Mberu Diberhentikan


Oleh Hieronimus Bokilia

ENDE (FP) - Hanya dalam rentang waktu satu bulan lebih setelah dilantik 7 April lalu, Bupati Ende Don Bosco M. Wangge melakukan mutasi di lingkup Pemkab Ende. Pelantikan pejabat eselon II dan III yang menempati posisi baru dilakukan di Lantai II Kantor Bupati, Jumat (23/5).

Ada lima pejabat eselon II menempati posisi staf ahli, tiga orang non job, dan sejumlah lainnya bahkan ada yang turun eselon. Sementara Sekda Ende Moh Iskandar Mberu diberhentikan dan jabatan sekda dijabat sementara Asisten III Bernadus Guru.



Lima pejabat eselon II yang menempati posisi staf ahli yakni Agustinus Ambi, Anton David Dalla, Fransiscus Lasa, Abraham Badu dan Thom R. Benge. Sedangkan tiga pejabat lainnya masing-masing Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Mansyur Do, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Agus Naga dan Sekretaris DPRD Ende Musa Djamal tidak diberikan jabatan baru atau non job pasca pengisian jabatan yang mereka tempati selama ini.

Sementara sejumlah pejabat eselon II yang turun eselon adalah Kepala Badan Kepegawaian Daerah Mango Magnus yang menempati salah satu jabatan di Dinas Perikanan dan Kelautan, Kepala Badan Litbang Gati Gabriel menjadi Sekretaris di Dinas Perhubungan, Tili Anfridus yang sebelumnya menjabat Kepala Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah menempati posisi baru sebagai Sekretaris pada dinas yang sama.

Selain melantik pejabat eselon II dan III, pada kesempatan pelantikan tersebut juga dibacakan keputusan pemberhentian sementara Sekretaris Daerah Ende, Iskandar Mohamad Mberu serta surat keputusan pengangkatan Bernadus Guru yang saat ini menjabat Asisten III Setda Ende sebagai pelaksana tugas (Plt) Sekretaris Daerah Kabupaten Ende.

Dari sejumlah pejabat eselon II yang dilantik, ada beberapa yang tetap menempati jabatan lama yakni Asisten I Hendrikus Seni, Asisten II Don Randa Ma, Asisten III Bernadus Guru. Kepala Dinas Kesehatan Agustinus G. Ngasu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Dominikus M Mere, Kepala Dinas Sosial Marni Kusumo, Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah Siprianus Reda Lio dan Kepala Badan Kesbanglinmas Gabriel Tobi Sona.

Reformasi Birokrasi
Dalam sambutannya usai melantik dan mengambil sumpah pejabat eselon II dan III, Bupati Don Wangge menegaskan, ada empat prioritas pada masa kepemimpinannya yakni reformasi birokrasi, penegakan supremasi hukum, peningkatan kualitas pelayanan dan pembangunan.

Terkait reformasi birokrasi, katanya, akan disusul dengan perampingan birokrasi dan penyesuaian jabatan. Mutasi yang lalu menurutnya hanya mengacu pada kemauan individu tanpa merujuk pada aturan. Mutasi hanya atas kemauan Baperjakat (Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan) sehinga banyak pejabat senior yang dikesampingkan dan pejabat junior yang dipercaya menduduki jabatan.

Mutasi kali ini, tegasnya, disesuaikan dengan daftar urutan kepangkatan (DUK) yang selama ini diplesetkan menjadi daftar urutan keluarga atau daftar urutan kedekatan.
Ditegaskan, dalam mutasi ini, terdapat tiga pejabat yang baru golongan IV-A dipercayakan menempati jabatan eselon II. Ketiganya mempunyai kemampuan dan keahlian khusus seperti di Dinas Kesehatan, Pekerjaan Umum dan Dinas Perikanan dan Kelautan.

Penempatan pejabat didasarkan pada kompetensi yang dimiliki dan dipandang cakap. Sesuai dengan syarat jabatan seperti DUK dan setelah melihat DUK akhirnya dilakukan penataan ulang dan mengembalikan pada habitatnya.

“Jadi kepala jangan taruh di kaki dan kaki taruh di kepala. Persyaratan lain seperti kualifikasi ijasah juga menjadi perhatian dalam penempatan pejabat. Jangan lagi di dinas PU ditaruh orang yang berijasah SH. Apa yang dia tahu di sana?” kritiknya.

Persyaratan lainnya, lanjut Bupati Don Wangge adalah kualitas keahlian dan kemampuan, loyalitas dan kerja sama dengan pimpinan, dan moral. “Bagaimana Anda bisa jadi pemimpin kalau kandang kambing dijadikan pelaminan. Apa yang bisa dijadikan contoh kepada staf kalau jalan raya dijadikan pelaminan pengantin. Kalau lurus sesuai aturan ini ada yang tidak dipromosikan,” katanya.

Ke depan, dia berharap para pejabat yang dipercayakan bisa memperbaiki diri dan untuk bisa memperbaiki diri harus dimulai dari diri sendiri. Semua jabatan yang dipercayakan, tidak ada tempat basah dan tempat kering. Tempat basah, katanya kecuali disiram sendiri atau dikencing di atasnya.

Ditegaskan pula bahwa selama masa jabatannya, tidak ada pejabat yang menduduki jabatan sampai tiga tahun. Selama ini, katanya, banyak pejabat yang dimutasi tapi ada pula yang duduk tenang karena penuh dengan KKN.

Di akhir sambutannya, Bupati Don Wangge menyampaikan profisiat kepada para pejabat baik eselon II maupun eselon III yang dilantik dan berterima kasih kepada pejabat lama atas pengabdian di unit kerja masing-masing selama ini. Dia juga menyampaikan permohonan maaf jika mutasi kali ini tidak memuaskan semua karena tentu tidak memuaskan.

Staf Ahli Bupati Bidang Pemerintahan, Anton David Dalla yang sebelumnya menjabat Kepala Inspektorat Kabupaten Ende kepada Flores Pos usai pelantikan mengatakan, menerima jabatan yang dipercayakan itu. Sebagai staf ahli bidang pemerintahan yang telah dipercaya oleh bupati dia akan bekerja sesuai tugas pokok dan fungsinya sebagai staf ahli.

“Prinsipnya, kepercayaan yang telah diberikan akan dijalankan degan baik dan bekerja sungguh untuk membantu bupati dalam pelaksanaan pemerintahan selama lima tahun ke depan dan selama masih dipercaya oleh bupati,” ujarnya.

Pejabat Eselon II yang Dilantik

1. Agustinus Ambi : Staf Ahli Bidang Hukum dan Politik
2. Anton David Dalla : Staf Ahli Bidang Pemerintahan
3. Abraham Badu : Staf Ahli Bidang Pembangunan
4. Fransiscus Lasa : Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan SDM
5. Thom R. Benge : Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Keuangan
6. Sebastianus Suka Damai : Sekretaris DPRD Ende
7. Fransiskus Hapry : Kadis PPO
8. Abdullah Ali : Kadis Perhubungan, Informatika dan Telekomunikasi
9. Yos Mario Lanamana : Pj Kadis PU
10. Agustinus Wale Wae : Kadis Koperasi dan UMK
11. Ana Ani Labina : Kadis Kebudayaan dan Pariwisata
12. Wilhelmus Enga: Pj Kadis Perikanan dan Kelautan
13. Petrus Poto : Kadis Nakertrans
14. Mohamad Saleh Thamrin : Kadis Kependudukan dan Catatan Sipil
15. Flavianus Senda : Kadis Pertanian, Tanaman Pangan dan Peternakan
16. Woge Yosef : Kaban Penanaman Modal Daerah
17. Abdul Syukur Muhamad : Kadis Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
18. Martinus Ndate : Kepala BPMD
19. Muslim Rauf : Kaban Penelitian dan Pengembangan
20. Felix Pandji : Kepala BKBKK
21. Uran Muhidin : Kepala BKP3
22. Barnabas L. Wangge: Kadis Pertambangan dan Energi
23. Djuma Fransiskus : Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD)
24. Yohanes Dua : Inspektur Inspektorat Kabupaten Ende.

Selengkapnya...

Rekomendasi DPRD Manggarai Tak Digubris KPU

Soal Kuota 30 atau 40 Kursi DPRD Manggarai

Oleh Christo Lawudin

RUTENG (FP) - Perjuangan DPRD Manggarai untuk mendapatkan kepastian soal kuota kursi DPRD antara 30 dan 40 kursi untuk Pemilu Legislatif (Pileg) 2009 menemui jalan buntu. Hal itu ditandai tidak adanya hasil nyata dari pertemuan DPRD Manggarai dengan KPU Pusat, Selasa (19/5). Masalah kuota kursi DPRD Manggarai sempat diplenokan KPU Pusat, tetapi hasilnya tidak ada.

Wakil Ketua DPRD Manggarai, Lodovikus Bagus kepada wartawan di Ruteng, Jumat (22/5) mengatakan, perjuangan mereka untuk mengklarifikasi penetapan kuota kursi DPRI RI dan KPU Pusat sudah maksimal. Karena dari pertemuan dengan KPU Pusat, tidak ada hasil riil atas rekomendasi 30 kursi untuk DPRD Manggarai berdasarkan hasil dengar pendapat antara KPUD Manggarai, Dewan, dan Pemkab. Kesannya, KPU Pusat seolah-olah masih membenarkan penetapan 40 kursi yang telah ditetapkan beberapa waktu lalu.

”Kita sudah bertemu dengan Ketua KPU Pusat Hafiz Ansari usai dengar pendapat di Komisi II DPR RI, Senin (18/5). Saat itu, KPU Pusat balik bertanya kepada kita, mengapa baru sekarang diangkat dan dipersoalkan? Bagi kita ini bukan jawaban untuk mencari solusi. Karena di daerah sudah ada masalah sehingga diperlukan jalan keluarnya,” ujar Lodo Bagus.

”Tak puas dengan jawaban itu, kita minta waktu lagi untuk bertemu dengan orang KPU Pusat. Pertemuan dilakukan, Selasa (19/5). Malah, dilakukan rapat pleno anggota KPU Pusat saat itu. Rapat pleno itu tidak ada hasil konkret. Mereka seolah-olah tetap membenarkan keputusan penetapan 40 kursi itu,” katanya.

Dikatakan, secara politis DPRD Manggarai tetap menolak penetapan 40 kursi karena karena melanggar UU Pileg 2008. Dasarnya, jumlah penduduk Manggarai hanya 200 ribu lebih sehingga kursi DPRD hanya 30, bukan 40. DPRD Manggarai tidak mau terlibat konspirasi yang dampaknya pada anggaran.

Sedangkan sebelumnya, Rabu (20/5), seorang anggota tim perumus hasil dengar pendapat DPRD Manggarai, Blasius Mempong mengatakan, dasar penetapan kuota kursi DPRD Manggarai adalah UU Pileg 2008, pasal 26. Di sana jelas, sekali penetapan kursi sesuai dengan jumlah penduduk. Jumlah penduduk Manggarai hanya 226.167 jiwa sehingga kuota kursinya 30.

”Ini jelas. Kita konsisten perjuangkan ini. Karena dampaknya nanti ke anggaran untuk daerah ini. Jadi, ada sesuatu yang tak beres dari penetapan kursi DPRD Manggarai tersebut,” katanya.

Ketua KPUD Manggarai, Frans Aci belum berhasil ditemui Flores Pos di Ruteng, Jumat (22/5). Tetapi, dalam beberapa kali wawancara dan di hadapan peserta dengar pendapat di gedung DPRD Manggarai, dua pekan silam, Aci menegaskan, secara hirarkis, KPUD Manggarai melaksanakan apa yang ditetapkan KPU Pusat. Keputusan penetapan kuota kursi Dewan itu sudah final sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan yang berlaku.

”Keputusan itu sudah final. Alasan jelas. Tidak puas silakan ke pusat guna menanyakan ke KPU Pusat,” katanya.

Pro dan kontra penetapan kursi DPRD Manggarai seperti sering diberitakan media ini mencuat pasca penetapan hasil penghitungan suara Pileg 2009. Saat itu, ada aksi demonstrasi pelbagai elemen yang mempersoalkan penetapan kursi DPRD Manggarai. Dewan menggelar dengar pendapat dengan KPUD dan pemerintah daerah.

Rekomendasi DPRD saat itu, kuota kursi untuk DPRD Manggarai hanya 30 orang sesuai dengan jumlah penduduk. Untuk mendapat kepastian soal itu, pimpinan DPRD Manggarai bersama tim perumus hasil dengar pendapat berangkat ke Jakarta. Dalam waktu bersamaan, Ketua dan anggota KPUD Manggarai dipanggil mendadak ke Jakarta.*

Selengkapnya...

Mayat Perempuan Tersangkut Jaring Nelayan

Di Satar Punda, Kecamatan Lambaleda



RUTENG (FP) - Tidak diketahui persis penyebab kematian seorang perempuan tua yang tersangkut jaring ikan nelayan Desa Satar Punda, Kecamatan Lambaleda, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Kamis (21/5) pagi. Kejadian ini menghebohkan warga Desa Satar Punda dan sekitarnya.

Seorang petugas kesehatan di Puskesmas Dampek, John John per telepon kepada Flores Pos di Ruteng, Kamis (21/5) malam mengatakan, warga Kampung Serise, Desa Satar Punda dan sekitarnya ramai membicarakan temuan mayat dalam jaringan ikan nelayan, Kamis pagi. Semula warga tidak mengenalnya. Tetapi, setelah diteliti ternyata mayat warga Desa Satar Punda. Namanya Kristina Ndun (85 tahun).

”Nelayan kaget sekali dengan temuan mayat dalam jaring ikan tersebut. Namun, warga langsung mengenali mayat itu. Karena ternyata warga Satar Punda sendiri. Keluarga sudah langsung mengambilnya. Kasusnya sendiri telah dilaporkan ke polisi untuk diselidiki lebih lanjut,” ujar John.

Dikatakan, saat ditemukan Pkl. 06.30, mayat sudah masuk dalam jaring ikan nelayan. Tetapi, mayat itu terapung dalam air laut. Warga langsung mengevakuasinya ke darat untuk kemudian dilaporkan ke polisi. Polisi sudah turun ke lokasi dan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).

”Kita tak tahu persis penyebab kematian. Demikian juga mengapa ditemukan di laut. Tadi, polisi sudah lakukan olah TKP. Warga memang ingin tahu karena banyak sekali versi cerita di tengah masyarakat,” katanya.

Mayat sudah diambil keluarga dan telah dikuburkan Jumat (22/5).

Kapolres Manggarai, Hambali belum berhasil ditemui Flores Pos, Jumat (22/5). Tetapi, Kaur Reskrim, Gabriel M. Taek mengatakan, hingga sekarang belum ada laporan apapun mengenai temuan mayat tersebut. Tetapi, ini informasi yang baik guna dicek kebenarannya di Polsek Dampek, Kecamatan Reo. Dalam apel pagi tadi, tidak ada laporan dari Bagian Ops mengenai kejadian tersebut.

”Kita belum dapat laporan soal itu. Dalam apel tadi pagi, juga ada informasi mengenai penemuan mayat tersebut. Tetapi, prinsipnya, kejadian apapun pasti diselidiki aparat kepolisian. Petugas di Polsek pasti sudah memulai melakukan penyelidikan. Karena itu, kita segera lakukan pengecekan mengenai perkembangannya,” katanya.

”Penyelidikan pasti akan dilakukan. Visum et repertum pasti dilakukan. Demikian
juga dengan olah TKP. Itu prosedur yang sudah baku guna mengungkapkan kasus ini. Apalagi, ini temuan mayat. Tetapi, seperti apa penyelidikannya, kita belum tahu. Kita masih harus mengeceknya ke Polsek Dampek.” *


Selengkapnya...

STFK Ledalero Harus Transformasi Diri

Buku Kenangan Pancawindu STFK Ledalero Diluncurkan

Oleh Kristianto Naben


LEDALERO (FP) -- Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero yang telah berusia 40 tahun diharapkan terus ber-metanoia, yakni terus berubah, mentransformasikan diri, mengubah pola hidup untuk kembali menjadi manusia yang autentik, berbela rasa, solider dan terlibat dalam praksis kehidupan masyarakat dan umat.

Tujuan STFK Ledalero sebagai sebuah lembaga pendidikan adalah mengarahkan seluruh civitas academica secara tuntas dalam teori dan praksis untuk ber-metanoia, karena kita berilmu untuk menemukan pegangan hidup yang jelas dan pasti. Di samping itu, para alumninya pun diharapkan untuk terus ber-metanoia dan punya pegangan yang pasti.

Pendapat ini disampaikan P. Dr. John M. Prior SVD yang menjadi pembicara pada seminar dalam rangka Pancawindu STFK Ledalero di Aula Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, Jumat (22/5). Pembicara lain adalah Dr. Nobertus Jegalus yang membawakan makalah berjudul “Studi Filsafat-Teologi dan Perannya dalam Transformasi Sosial Politik di Indonesia”. Seminar ini diikuti dosen, alumni dan mahasiswa STFK Ledalero serta sejumlah tamu dan undangan lainnya.

Dalam makalah berjudul “Cabut Pohon, Geser Gunung: Peran Lembaga Ilmiah dalam Transformasi Rohani dan Sosial Politik”, Pater John mengatakan, seringkali pendidikan ditawarkan kepada mahasiswa tanpa penyadaran sosial. Ini terjadi kalau yang disajikan cuma rumusan-rumusan. Sementara pelayanan sosial kepada kaum miskin diberikan tanpa penyadaran.

“Kita butuh pelayanan pembebasan bagi orang miskin dan orang kaya. Pendidikan yang membebaskan orang kecil dari kemiskinannya, sekaligus pendidikan yang bebaskan orang kaya dari hartanya, yaitu melepaskan keduanya dari kecenderungan ingat diri dan kumpulkan harta bagi diri sendiri. Lembaga ilmiah berdiri di antara kaum miskin yang pasrah dalam kemiskinannya dan kaum kaya yang puas dengan kekayaannya. Jadi, pendidikan tidak akan berhasil tanpa penyadaran kaum miskin dan penelanjangan kaum kaya oleh kaum miskin yang sadar,” katanya.

Lebih lanjut Pater John mengatakan, sebagai homo faber kita melibatkan diri dalam isu-isu yang mendesak seperti soal tambang dan Markas Yonif/Brigiv di Timor. Ini bukan hobi oknum-oknum STFK tetapi merupakan bagian integral dari sifat ilmu dari lembaga STFK.

Sebagai homo sapiens, kita berpikir dan bertindak dengan bijaksana. “Cendekia yang beriman tidak mungkin berkolusi dengan penggandaan kekayaan yang ditumpuk di atas punggung kemiskinan masalah,” katanya.

Mengutip salah satu misi yang diemban STFK Ledalero yaitu menghasilkan orang yang mampu berfilsafat, berteologi dan berpastoral, Pater John menandaskan bahwa sebuah lembaga ilmiah merupakan simpul pokok dalam jaringan kaum aktivis dan ilmuwan. Aktivis menyumbangkan pengalaman dan aksinya serta cara-cara praktikal sedangkan ilmuwan mengupayakan suatu simbiosis di antara pendekatan yang tenang, tekun dan intelektual dengan realitas kaum marginal yang sedang digubris oleh para aktivis.

“Jadi, STFK berperan sebagai salah satu simpul jejaring dari pusat-pusat pastoral, institusi gerejani, dan seterusnya. STFK Ledalero dapat dan malah sudah mempertemukan petugas dan pegiat pastoral di tingkat komunitas basis, LSM-LSM akar rumput, dengan gagasan ilmiahnya. Lembaga ilmiah harus menjadi lokus kunci bagi kritik sosial. Ini sumbangan para akademisi bagi para aktivis agar jangan terbawa pada opurtunisme. STFK Ledalero dapat turut mengupayakan alternative-alternatif yang berbasis iman dan berasaskan etika publik atau kita sendiri tidak bersifat opurtunistik dan menjalankan fungsi sebagai pusat intelektual, moral dan religius,” tegasnya.

Sementara Nobert Jegalus dalam pemaparannya mengatakan bahwa filsafat dan teologi perlu melibatkan diri dalam menanggapi dan memecahkan persoalan sosial politik bangsa Indonesia . Filsafat dan teologi tidak bisa tidak sebagai filsafat terlibat dan teologi terlibat. Filsafat sebagai filsafat terlibat memang bisa membongkar mitos, tetapi ia juga bisa menciptakan mitos baru. Filsafat bisa mengeritik ideologi-ideologi tetapi juga melahirkannya.

“Agar filsafat bisa benar-benar mentransformasikan sosial politik Indonesia maka ia harus benar-benar terdeferensiasi dari teologi. Ini berarti metodologi filsafat haruslah netral dari keyakinan agama. Sedangkan teologi terlibat tidak mengarah kepada satu bentuk teokrasi. Yang hendak dicari adalah di dalam segala sesuatu nilai religius yang adalah nilai kemanusiaan tetap dipertahankan,” katanya.

Salah seorang alumni STFK Ledalero, Aloysius Kelen, mengucapkan terima kasih dan terima kasih kepada STFK Ledalero karena ia telah dibentuk dan dibina di lembaga tersebut sehingga kemudian dapat terlibat dalam dunia pendidikan. STFK Ledalero, menurutnya, telah memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi masyarakat dan Gereja.

Buku Kenangan Diluncurkan
Pada momen perayaan pancawindu STFK Ledalero ini, Penerbit Ledalero sebagai mitra dari STFK Ledalero meluncurkan dua buku yang khusus diterbitkan sebagai buku kenangan. Kedua buku itu adalah buku “Demi Tuhan dan Sesama” yang diedit oleh Rm. Rikhard M. Buku Pr dan Yosef M. Florisan dan buku “Menukik Lebih ke Dalam” yang diedit oleh P. Paul Budi Kleden SVD dan P. Otto Gusti SVD.

Peluncuran buku ini ditandai dengan pembukaan selubung papan berisikan kover kedua buku oleh Direktur Penerbit Ledalero, P. Georg Kirchberger SVD. Selanjutnya Pater Georg menyerahkan kedua buku tersebut diserahkan kepada masing-masing editor. Para editor kemudian membagikan buku tersebut kepada sejumlah tokoh di antaranya Uskup Denpasar, Mgr. Silvester San, Pr, Bupati Sikka, Sosimus Mitang, Wakil Bupati Sikka Wera Damianus, Vikjen Keuskupan Agung Ende, P. Yosef Seran SVD, Kristo Blasin sebagai wakil alumni STFK Ledalero dan E. P. da Gomez sebagai wakil tokoh masyarakat Sikka.*


Selengkapnya...

Mahasiswa dari Denpasar Juarai Sayembara Penulisan Karya Ilmiah

Kristianto Naben


LEDALERO (FP)- Heremias Dupa, mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Fisipol, Universitas Pendidikan Nasional denpasar, menjadi juara pertama sayembara penulisan karya ilmiah dalam rangka memeriahkan perayaan Pancawindu STFK Ledalero. Atas keberhasilannya ini Dupa mendapat hadiah berupa piagam penghargaan dan uang tunai senilai Rp3 juta.

Hasil sayembara ini disampaikan oleh Sekretaris Seksi Publikasi Panitia Perayaan Pancawindu STFK Ledalero, P. Yosef Keladu Koten SVD, di sela-sela acara malam kesenian di aula Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, Kamis (21/5).

Dalam laporannya, Pater Yosef mengatakan, karangan yang masuk ke meja panitia berjumlah 40 karangan dari sejumlah universitas di wilayah Nusa Tenggara dan Bali.

Panitia kemudian menyortir karangan tersebut berdasarkan criteria yang telah ditetapkan sehingga mendapatkan 24 karangan yang berkah diuji lebih lanjut oleh dewan juri yang terdiri dari P. Dr. Philipus Tule SVD, Rm. Dr. Hubert Leteng, Pr, dan P. Drs. Felix Baghi, SVD, Lic. Dari hasil itu diperoleh 10 karangan terbaik dan Dupa ditetapkan sebagai juara pertama karena berhasil mendapat poin tertinggi.
Para pemenang setelah Heremias Dupa antara lain Ni Nyoman Sri Lestari (Mahasiswi fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali ), Januario Gonzaga (Mahasiswa Fakultas Filsafat Agama, Unika Widya Mandira Kupang), Maria Eufemia Bunga (Mahasiswi Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat St. Ursula Ende), Florensia Wongari (Mahasiswi Fakultas Keperawatan Unipa Maumere), Martha Aries Mone (Mahasiswi Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat St. Ursula Ende), Cindy Amanda Shandy (Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali), Hironimus Nitsae (Mahasiswa Fakultas Filsafat Agama Unika Widya Mandira Kupang), Hengky Ola Sura (Mahasiswa Universitas Flores Ende) dan Gregorius Abanit Asa (Mahasiswa Fakultas Filsafat Agama Unika Widya Mandira Kupang).

Sedangkan untuk tingkat mahasiswa/I STFK Ledalero, Silvester Ule berhasil meraih juara pertama menyisihkan 15 peserta lainnya. Juara kedua diraih oleh Serafinus Liberatus Jebada, juara ketiga diraih Charles Emanuel DM dan juara keempat diraih Yopi Sadipun. Karangan para peserta ini diuji oleh dewan juri yang terdiri dari P. Dr. Bernard Boli, SVD, P. Drs. Bernard Hayon, SVD, Lic., dan Rm. Drs. Sipri Hormat, Pr, Lic.

Acara malam budaya ini dimeriahkan oleh para artis dari Sanggar Budaya Benza dan Sanggar Kibolibok yang mementaskan sejumlah tarian, kelompok musik dari SMPK Reinha Rosari Kewapante dan Acoustic All Ledalero yang membawakan sejumlah lagu, dan kelompok teater Aletheia yang mementaskan teater berjudul “Promoteus”.*

Selengkapnya...