16 Februari 2009

Manggarai Dapat Maju Tanpa Tambang

Kristianto Naben

LEDALERO -- Manggarai yang kini terdiri dari tiga kabupaten, Manggarai Barat, Manggarai dan Manggarai Timur dapat berkembang maju tanpa harus ada investasi pertambangan di wilayah tersebut. Ada banyak potensi dan sumber daya lain selain tambang yang masih dapat dikembangkan. Tambang bukan kebutuhan nyata orang Manggarai.

Penegasan ini disampaikan Koordinator JPIC (Justice, Peace, and Integration Creation/Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan) Kongregasi OFM Indonesia, Pater Peter Aman OFM dalam seminar sehari di Aula Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero.


Seminar ini diselenggarakan oleh Forum Cendekiawan asal Manggarai di Maumere (FORCAM). Pembicara lain yang tampil adalah Direktur Eksekutif INFID (International NGO Forum on Indonesia Development), Don K. Marut dan Koordinator Komisi JPIC Provinsi SVD Ruteng, P Simon Suban Tukan SVD.

Seminar ini diikuti para mahasiswa asal Manggarai di Sikka, baik yang belajar di STFK Ledalero maupun di Unipa Maumere dan sejumlah anggota Ikatan Keluarga Besar Manggarai (IKBM) di Maumere. Hadir juga dalam seminar tersebut sejumlah biarawan dan biarawati asal Manggarai dan para dosen STFK Ledalero.

Menurut Pater Peter Aman, orang Manggarai memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Misalnya, potensi sawah sangat menjanjikkan dan bisa menghasilkan padi dalam jumlah yang cukup. Juga potensi peternakan dapat dikembangkan. Selain itu, dalam lingkup rumah tangga bisa dikembangkan juga tenun ikat yang memiliki mutu dan kualitas yang terjamin. Di samping itu, potensi pariwisata perlu mendapat sentuhan dan pengelolaan yang baik.

Namun, semua potensi di atas sekarang ini terancam oleh karena adanya tambang di Manggarai, khususnya di Serise dan Torong Besi, yang sudah memasuki tahap eksploitasi. Hutan sudah dirusakkan sehingga timbunan limbah tambang mengancam pemukiman penduduk serta menyebabkan hilangnya sumber air untuk warga.

Masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada pertanian dan perkebunan terancam kehilangan lahan mereka karena lahan telah digunakan untuk areal pertambangan. Pantai Robek yang dulu sering digunakan wisatawan untuk berekreasi kini tidak dapat menjadi lokasi pariwisata karena telah terjadi pencemaran di pantai.

Pater Peter mengungkapkan juga kebohongan-kebohongan dari investasi tambang antara lain tambang membawa kesejahteraan, tambang dapat memulihkan ekologi dengan program reklamasi, dengan investasi tambang infrastruktur seperti ketersediaan air, sekolah, klinik, sarana ibadat, dll terjamin dengan baik. Selain itu, tambang juga tambang memberi ganti rugi yang adil, limbah tambang atau polusi yang diakibatkan oleh tambang dapat diatasi dengan sempurna, hak-hak masyarakat dijunjung tinggi dan ada lapangan kerja untuk masyarakat lokal.
“Kenyataan yang terjadi justru sebaliknya. Tidak satupun dari proyek tambang di dunia ini yang menyejahterakan masyarakat lokal. Papua yang punya Freeport, misalnya, sampai sekarang masyarakat tetap miskin dan sederhana. Di Manggarai juga sama. Ada seorang satpam dan istrinya yang bekerja di tambang, tetapi mereka tinggal di sebuah gubuk reot sekitar 20 meter dari lokasi tambang. Sekarang masyarakat juga terancam oleh limbah tambang dan sumber air mereka pun mengering serta terancam oleh limbah,” kata Pater Peter yang pernah melakukan investigasi di lokasi tambang di Manggarai.

Don K. Marut dalam presentasinya mengungkapkan beberapa contoh konflik di masyarakat yang muncul sebagai akibat dari investasi tambang dari perusahaan-perusahaan besar. Ia mencontohkan sebuah kasus pembunuhan di Jawa Timur yang muncul sebagai akibat dari upaya menciptakan rasa takut di antara petani-petani dan masyarakat lokal yang resisten dan tidak mau menyerahkan tanahnya ke perusahaan Exxon Mobil dan Santa Fe. Konflik yang sama juga terjadi di Maluku. Di sana ada upaya untuk menyingkirkan masyarakat lokal dari sumber daya alam komunal sehingga perusahaan-perusahaan tambang bisa mengambil alih tanah tanpa kompensasi.

“Konflik itu sengaja diciptakan untuk menghancurkan ikatan-ikatan komunal lokal yang menghambat investasi besar. Hambatan utama untuk investasi di Maluku adalah kepemilikan komunal yang sulit ditransfer ke pihak lain,” katanya.

Menurut Don Marut, problem yang akan terjadi berkaitan dengan tambang itu adalah setelah tambang selesai beroperasi, masyarakat lokal akan kehilangan sumber ekonomi lokal serta lingkungan sosial mereka menjadi rusak.

“Ke mana orang-orang lokal ini mencari nafkah? Apakah pendapatan mereka selama tambang beroperasi bisa diinvestasikan untuk sumber penghidupan baru setelah tambang selesai?” katanya.

Karena itu, demikian Don Marut, perlu advokasi tambang untuk menyadarkan masyarakat lokal tentang berbagai hal menyangkut tambang ini dengan memperhatikan tiga hal. Pertama, berkaitan dengan isi, yaitu memahami secara keseluruhan dengan seksama dan serta memiliki informasi yang lengkap tentang operasi tambang dan dampak-dampaknya.

Kedua, berkaitan dengan struktur, yaitu mengetahui siapa-siapa saja yang terlibat di dalam operasi tambang dan kebijakan yang mendukung serta menentang operasi tambang tersebut. Ketiga, berkaitan dengan budaya, yaitu memberikan penyadaran kepada masyarakat dan mengorganisasi komunitas masyarakat untuk bersikap terhadap persoalan tambang dan dampaknya.

“Tantangan di Manggarai untuk advokasi tambang yang berkaitan dengan budaya adalah bagaimana mengorganisasi masyarakat yang masing-masing masyarakat adat punya otonomi. Ini yang cukup sulit karena bisa saja terjadi, satu kelompok masyarakat adat menerima dan yang lain menolak. Atau bisa juga terjadi, ada masyarakat yang menolak sedangkan para tua adat menerima. Ini yang harus diperhatikan betul agar advokasi itu bisa berjalan maksimal,” katanya.

P. Simon Suban Tukan, SVD dalam presentasinya mengungkapkan beberapa masalah yang ditemukan dalam advokasi tambang di Manggarai. Lokasi tambang di Manggarai itu dekat dengan pemukiman penduduk dan areal pertanian. Ini berarti masyarakat lokal terancam kehilangan tempat tinggal dan lahan pertanian untuk kelanjutan hidup dan masa depan mereka. Untuk proses eksplorasi dan eksploitasi tambang di Manggarai, perusahaan masuk lokasi tambang tanpa diketahui pemilik lahan. Tanah masyarakat dicaplok dan ini bisa membuat budaya masyarakat lokal setempat menjadi hilang.

“Untuk investasi tambang ini, pemerintah tidak melakukan sosialisasi sebelumnya. Ketika perusahaan sudah masuk lokasi dan masyarakat ajukan protes, baru pemerintah lakukan sosialisasi,” katanya.

Masalah lain yang timbul adalah pengambilalihan mineral tambang dengan cara peledakan dengan menggunakan dinamit sehingga mengganggu masyarakat sekitar lokasi tambang. Banyak ibu dan anak-anak yang tidak merasa nyaman karena terus mendengar bunyi ledakan dinamit.

Di lokasi tambang itu juga, demikian Pater Simon, ada ketidakadilan yang timbul misalnya tidak seimbangnya upah buruh dan beban kerja yang mereka emban. “Buruh tambang bekerja dari pagi hingga sore dan mereka diupah Rp27.500/hari untuk buruh laki-laki dan Rp25.000/hari untuk buruh perempuan. Selama bekerja mereka tidak diberikan masker. Mereka dibagikan masker hanya kalau ada kunjungan petugas dari dinas terkait,” kata Pater Simon.

Tolak Tambang
Hingga saat ini JPIC SVD dan OFM serta gereja lokal Manggarai tengah berusaha terus mengadvokasi tambang di Manggarai. Sikap dasar yang diambil adalah menolak tambang di Manggarai.

Menurut Pater Peter Aman OFM, alasan penolakan itu antara lain tambang menyengsarakan masyarakat Manggarai kini dan nanti. Topografi Manggarai dan Flores umumnya tidak cocok untuk tambang.

“Tambang bukan kebutuhan nyata orang Manggarai. Kehadiran tambang di Manggarai itu adalah suatu pelecehan terhadap masyarakat Manggarai, serta merusak dan menghancurkan potensi nyata untuk kemajuan Manggarai. Di mana-mana, tambang lebih banyak mendatangkan mudarat daripada manfaat,” katanya.

Penolakan tanpa syarat terhadap tambang di Manggarai juga dinyatakan dengan tegas oleh Forum Cendekiawan asal Manggarai di Maumere (FORCAM). Ketua FORCAM, P.Alex Jebadu SVD mengatakan, FORCAM melihat bahwa eksploitasi tambang di Manggarai sungguh merusak lingkungan hidup dan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat rakyat Manggarai dan masalah ini harus menjadi perhatian pastoral Gereja.

“FORCAM dengan tegas menolak tambang di Manggarai. Karena itu FORCAM bertekat untuk bekerja sama dengan semua pihak yang terkait seperti JPIC Keuskupan Ruteng, JPIC SVD Ende, JPIC SVD Ruteng, JPIC SSpS Flores Barat, JPIC OFM di Jakarta, Walhi dan semua orang yang mempunyai keprihatinan terhadap masalah perusakan lingkungan hidup oleh eksploitasi tambang,” katanya.

FORCAM, demikian Pater Alex, mendukung rencana para mahasiswa Frater Dioses Ruteng di Ritapiret dan mahasiswa Frater SVD Ledalero asal Provinsi Ruteng untuk masing-masing mengadakan kunjungan pastoral ke sebuah paroki di Manggarai. Selama kegiatan kunjungan pastoral itu, para mahasiswa frater akan menjadikah masalah ekologi dan masalah tammbang di Manggarai sebagai tema utama katekese. Seminar ini adalah satu bentuk penyadaran kepada para mahasiswa agar memiliki pemahaman yang memadai terhadap masalah tambang di Manggarai dan kemudian bisa membantu umat memberikan informasi yang benar berkaitan dengan dampak-dampak negatif tambang.



Selengkapnya...

Dua Pelaku Ditetapkan sebagai Tersangka

Oleh Hubert Uman


BAJAWA -- Setelah dokter ahli forensik dari Universitas Indonesia (UI) Mu’in Idris mengumumkan hasil autopsi pada Sabtu (14/2) di Mataloko bahwa Pastor Paroki Raja Rm Faustinus Sega Pr meninggal dunia akibat kekerasan benda tumpul, Minggu malam (15/2), tim penyidik Polda NTT menetapkan dua pelaku yang dicurigai sebagai tersangka.

Saksi kunci Theresia Tawa dijadikan tersangka dan Anus Waja asal Desa Mengeruda Kecamatan Soa langsung ditetapkan sebagai tersangka.

Informasi yang dihimpun Flores Pos, Theresia Tawa selaku saksi kunci yang sejak Oktober lalu diamankan di salah satu keluarga di Bajawa, Minggu malam (15/2) ditetapkan sebagai tersangka dan langsung ditahan di Polres Ngada. Begitu juga Anus Waja diangkut dari kediamannya di Mengeruda dan dijebloskan ke ruang tahanan di Polres Ngada.


Ketua Tim Penyidik Polda NTT Buang Sine, pada waktu dihubungi per telepon mengatakan, benar timnya sudah menangkap dua pelaku yang diduga kuat telah membunuh Romo Faustin.

“Benar. Tadi malam kami sudah tetapkan dua tersangka. Anus Waja dan Theresia Tawa. Sekarang saya bersama anggota tim Marselinus Sale masih di Boawae. Apakah masih ada tersangka lain, kami masih dekati beberapa saksi. Kita lihat saja perkembangan,”kata Buang.

Seperti biasanya, untuk mendapatkan keterangan resmi dari pihak berwenang, Polres Ngada, Flores Pos pada Senin (16/2) mendatangi Polres Ngada. Flores Pos dilayani Unit P3D Polres. Karena Kapolres pagi itu (Senin pagi) berangkat ke Kupang, Flores Pos diminta mengisi buku tamu dua kali untuk dihubungi bertemu dengan Wakil Kapolres Ngada AKP Kuswoto.

Sebelumnya wartawan diarahkan oleh anggota Reskrim untuk menemui Wakapolres.
“Maaf, Pak Waka tidak bersedia memberikan keterangan. Pak Waka terlalu sibuk. Pagi ini Waka sibuk sekali,”kata salah seorang anggota P3D.

Begitu Flores Pos keluar dari ruang P3D, bertemu dengan Kasat Reskrim AKP Ketut Bandria. “Oh tidak bisa. Bertemu Pak Waka saja. Sekarang sudah ada petunjuk baru dari Mabes Polri, kami tidak bias memberikan keterangan kepada wartawan. Tanya saja Pak Waka. Itu beliau ada disana,”kata Ketut singkat pada waktu dihubungi.

Mengikuti saran Kasat Reskrim, Flores Pos mendekati Wakapolres yang sedang berada di depan ruang Intel Polres Ngada. “Tidak bisa. Kami tidak bisa memberikan keterangan. Kami hanya urus anggota. Penyidikan ditangani Reskrim. Tanya saja ke Kasat Reskrim,”kata Kuswoto.


Selengkapnya...

Dua Pelaku Ditetapkan sebagai Tersangka

Oleh Hubert Uman


BAJAWA -- Setelah dokter ahli forensik dari Universitas Indonesia (UI) Mu’in Idris mengumumkan hasil autopsi pada Sabtu (14/2) di Mataloko bahwa Pastor Paroki Raja Rm Faustinus Sega Pr meninggal dunia akibat kekerasan benda tumpul, Minggu malam (15/2), tim penyidik Polda NTT menetapkan dua pelaku yang dicurigai sebagai tersangka.

Saksi kunci Theresia Tawa dijadikan tersangka dan Anus Waja asal Desa Mengeruda Kecamatan Soa langsung ditetapkan sebagai tersangka.

Informasi yang dihimpun Flores Pos, Theresia Tawa selaku saksi kunci yang sejak Oktober lalu diamankan di salah satu keluarga di Bajawa, Minggu malam (15/2) ditetapkan sebagai tersangka dan langsung ditahan di Polres Ngada. Begitu juga Anus Waja diangkut dari kediamannya di Mengeruda dan dijebloskan ke ruang tahanan di Polres Ngada.


Ketua Tim Penyidik Polda NTT Buang Sine, pada waktu dihubungi per telepon mengatakan, benar timnya sudah menangkap dua pelaku yang diduga kuat telah membunuh Romo Faustin.

“Benar. Tadi malam kami sudah tetapkan dua tersangka. Anus Waja dan Theresia Tawa. Sekarang saya bersama anggota tim Marselinus Sale masih di Boawae. Apakah masih ada tersangka lain, kami masih dekati beberapa saksi. Kita lihat saja perkembangan,”kata Buang.

Seperti biasanya, untuk mendapatkan keterangan resmi dari pihak berwenang, Polres Ngada, Flores Pos pada Senin (16/2) mendatangi Polres Ngada. Flores Pos dilayani Unit P3D Polres. Karena Kapolres pagi itu (Senin pagi) berangkat ke Kupang, Flores Pos diminta mengisi buku tamu dua kali untuk dihubungi bertemu dengan Wakil Kapolres Ngada AKP Kuswoto.

Sebelumnya wartawan diarahkan oleh anggota Reskrim untuk menemui Wakapolres.
“Maaf, Pak Waka tidak bersedia memberikan keterangan. Pak Waka terlalu sibuk. Pagi ini Waka sibuk sekali,”kata salah seorang anggota P3D.

Begitu Flores Pos keluar dari ruang P3D, bertemu dengan Kasat Reskrim AKP Ketut Bandria. “Oh tidak bisa. Bertemu Pak Waka saja. Sekarang sudah ada petunjuk baru dari Mabes Polri, kami tidak bias memberikan keterangan kepada wartawan. Tanya saja Pak Waka. Itu beliau ada disana,”kata Ketut singkat pada waktu dihubungi.

Mengikuti saran Kasat Reskrim, Flores Pos mendekati Wakapolres yang sedang berada di depan ruang Intel Polres Ngada. “Tidak bisa. Kami tidak bisa memberikan keterangan. Kami hanya urus anggota. Penyidikan ditangani Reskrim. Tanya saja ke Kasat Reskrim,”kata Kuswoto.


Selengkapnya...

Jenasah Andri Perlu Diautopsi Ulang

Oleh Hubert Uman

BAJAWA -- Hasil yang dicapai dokter ahli forensik dari Universitas Indonesia (UI) Mu’in Idris dalam mengautopsi jenasah Romo Faustinus Sega Pr menggembirakan semua pihak yang terus berjuang mencari keadilan dan kebenaran. Autopsi benar-benar dilakukan secara profesional. Hal ini mendorong TPDI berupaya agar jenasah Andri Haryanto yang ditemukan tewas di kamarnya di Maumere beberapa waktu yang lalu diautopsi ulang.

“Kasus kematian Andri di Maumere masih misterius. TPDI tidak yakin korban mati karena bunuh diri dengan gantung diri di kamarnya, sebagaimana hasil autopsi tim dokter forensik dari Polda. TPDI akan membicarakan hal ini dengan dokter ahli dari Mu’in Idris. Kebenaran harus diungkapkan dalam kematian ini,”kata Ketua TPDI Petrus Salestinus usai autopsi jenasah Pastor Paroki Raja Kevikepan Bajawa Romo Faustinus Sega di Mataloko, Sabtu (14/2).

Hasil autopsi yang dilakukan terhadpa jenasah Andri, lanjutnya, membuat kita ragu dengan autopsi jenasah Romo Faustin. Sekarang terbalik, dengan hasil autopsi yang dilakukan secara profesional terhadap jenasah Romo Faustin, mendorong TPDI untuk berjuang agar autopsi jenasah Andri di Maumere dilakukan untuk kedua kalinya.

Koordinator TPDI NTT di Maumere Merdian Dando menjelaskan, Andri Heryanto ditemukan tewas pada tanggal 14 Oktober 2008. Waktu ditemukan, posisi korban dalam keadaan tergantung sebagaimana layaknya orang gantung diri.

Kondisi korban, demikian Merdian, pada waktu ditemukan tidak menunjukkan tanda-tanda seperti biasanya orang gantung diri. Lidahnya tidak menjulur dan matanya tidak membelalak. Di sekujur tubuh korban ditemukan luka lebam dan ada satu giginya patah.

“Dari fakta yang terungkap, dua hari sebelum korban ditemukan tewas, ia pernah dianiaya oleh salah seorang anggota Polres Sikka. Kasus penganiayaan ini sudah dilaporkan ke Polres, tetapi sampai sekarang tidak ditindaklanjuti,”kata Merdian.

Autopsi jenasah Andri, kata Merdian, sudah dilakukan oleh tim dokter forensik dari Polda. Hasilnya mengecewakan. Korban dinyatakan murni bunuh diri, dank arena itu perkaranya dihentikan.

Sebelumnya jenasah Andri Haryanto diautopsi oleh tim dokter Forensik yang dipimpin dokter AKP Martinus Ginting, Rabu (5/11). Tim dokter mengambil sampel otak dan hati korban untuk kemudian diteliti di Laboratorium Forensik (Labfor) Bali .

Hasilny adalah Haryanto murni bunuh diri. Hasil ini diragukan kebenarannya oleh TPDI dan pihak keluarga karena pada jenazah Haryanto ditemukan beberapa bekas penganiayaan.
Ketua TPDI NTT, Meridian Dewanta Dado di Maumere, Senin (16/2) mengatakan, pihaknya telah membicarakan rencana autopsi ulang itu dengan Profesor Mun’in Idris usai melakukan autopsi jenazah Romo Faustin Sega di Matalako, Sabtu (14/2). “Professor Idris saat itu langsung menyatakan kesanggupannya,” kata Dado.

Dado mengaku pihaknya juga telah menyerahkan bukti terkait kematian tak wajar Andri Haryanto ke Profesor Idris saat yang bersangkutan berada di Keuskupan Ende, Sabtu malam. Barang bukti yang diserahkan berupa foto jenazah Andri saat sedang tergantung dan dimandikan oleh pihak keluarga, rekaman CD kematiannya, dan bukti-bukti pendukung lainnya.

“Profesor Idris sudah membawa bukti-bukti yang ada dan ia berjanji akan segera mempelajarinya.”

Kapolres Sikka AKBP Agus Suryatno yang dihubungi terpisah menjelaskan autopsi jenazah Andri sebelumnya telah dilakukan tim dokter yang independen. Meskipun demikian, ia menilai keinginan TPDI sebagai salah satu bentuk ekspresi kebebasan dan haknya.

“Menurut saya, ahli forensik dari UI tidak mungkin segera mengiyakan permintaan TPDI. Sebab, sebelumnya jenazah Andri Haryanto sudah diautopsi oleh tim ahli,” kata Suryatno.


Selengkapnya...

Kantor KPUD dan Toko Bumi Raya Dibobol Maling

Oleh Maxi Gantung

LEWOLEBA -- Kantor Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Lembata dan Toko Bumi Raya dibobol maling. Polisi sedang melakukan penyelidikan, sementara kasus pencurian di toko Bumi Raya, polisi sudah menangkap dua pencuri.

Kasat Reskrim AKP Gede Putra Yase di ruang kerjanya, Senin (16/2) mengatakan, polisi telah menangkap Erik Betekeneng dan Krise Kopong Lamahoda, pelaku pencurian di toko Bumi Raya.

Gede mengatakan pencuri membuka jendela toko Bumi Raya di Berdikari Kelurahan Lewoleba Kecamatan Nubatukan. Mereka mengambil kertas, hekter, balpoin, tipex, lalu dijual. Dua pelaku yang sudah ditahan di Polres Lembata ini anak di bawah umur.


Sementara itu, Minggu (16/2) malam sekitar pukul 20.00, aksi pencurian terjadi di kantor KPUD Lembata. Sejumlah barang di kantor KPUD seperti layar komputer, Stavol dan dinamo hilang dan dibawa lari oleh pencuri. Polisi kini sedang melakukan penyelidikan.

Erik Betekeneng kepada Flores Pos mengatakan, dia tidak pernah melakukan pencurian. Saat kejadian dia ada di rumah bersama orang tuanya. Keesokannya, Minggu (8/2) ia ke kampungnya di Ile Ape. Ketika ia kembali dari kampungnya, Senin (9/2) Erik heran karena polisi menangkapnya.

“Saya tidak pernah curi. Polisi tangkap saya hanya karena pengakuan dari Krise.” Sementara itu Krise saat ditanya Kasat Reskrim, mengaku mencuri lewat jendela dan barang curiannyya dijual ke tetangganya.


Selengkapnya...

Kantor KPUD dan Toko Bumi Raya Dibobol Maling

Oleh Maxi Gantung

LEWOLEBA -- Kantor Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Lembata dan Tokoh Bumi Raya dibobol maling. Polisi sedang melakukan penyelidikan, sementara kasus pencurian di toko Bumi Raya, polisi sudah menangkap dua pencuri.

Kasat Reskrim AKP Gede Putra Yase di ruang kerjanya, Senin (16/2) mengatakan, polisi telah menangkap Erik Betekeneng dan Krise Kopong Lamahoda, pelaku pencurian di toko Bumi Raya.

Gede mengatakan pencuri membuka jendela toko Bumi Raya di Berdikari Kelurahan Lewoleba Kecamatan Nubatukan. Mereka mengambil kertas, hekter, balpoin, tipex, lalu dijual. Dua pelaku yang sudah ditahan di Polres Lembata ini anak di bawah umur.


Sementara itu, Minggu (16/2) malam sekitar pukul 20.00, aksi pencurian terjadi di kantor KPUD Lembata. Sejumlah barang di kantor KPUD seperti layar komputer, Stavol dan dinamo hilang dan dibawa lari oleh pencuri. Polisi kini sedang melakukan penyelidikan.

Erik Betekeneng kepada Flores Pos mengatakan, dia tidak pernah melakukan pencurian. Saat kejadian dia ada di rumah bersama orang tuanya. Keesokannya, Minggu (8/2) ia ke kampungnya di Ile Ape. Ketika ia kembali dari kampungnya, Senin (9/2) Erik heran karena polisi menangkapnya.

“Saya tidak pernah curi. Polisi tangkap saya hanya karena pengakuan dari Krise.” Sementara itu Krise saat ditanya Kasat Reskrim, mengaku mencuri lewat jendela dan barang curiannyya dijual ke tetangganya.


Selengkapnya...

Romo Faustin Tewas Akibat Kekerasan

Oleh Hubert Uman


BAJAWA -- Hasil autopsi jenazah Romo Faustinus Sega Pr yang dilakukan Dokter Ahli Forensik dari Universitas Indonesia Mu’in Idris pada Sabtu (14/2) di Mataloko menyimpulkan, Pastor Pembantu Paroki Raja Kevikepan Bajawa ini tewas akibat kekerasan. Dia dihantam benda tumpul dan bukan karena penyakit seperti dikatakan penyidik Polres Ngada.

“Kesimpulan autopsi ini korban meninggal dunia akibat kekerasan benda tumpul. Kondisi tengkorak kepalanya menunjukkan bahwa Romo Faustin dipastikan tewas dihantam benda tumpul sebanyak tiga kali. Kekerasan di kepala dilakukan tiga kali. Penyebab lainnya korban dicekik di bagian leher. Ada penekanan pada tulang rawan di leher,” kata Dokter Ahli Forensik Mu’in Idris kepada wartawan sesaat setelah autopsi.

Dokter Mu’in Idris membantah keras kalau Romo Faustin meninggal dunia akibat penyakit. “Tidak benar ia (Romo Faustin) ada penyempitan pembuluh darah, serangan jantung, dan darah tinggi. Itu omong kosong. Juga kematian ini tidak ada kaitannya dengan masalah moral,” tegasnya kembali di Ruang Tamu Seminari Mataloko.


Penjelasannya di tempat ini dihadiri oleh Vikep Bajawa Rm Hengky Sareng Pr, Sekretaris KAE Rm Efraim Pea, Ketua JPIC Rm Ronny Neto Wuli, dan sejumlah imam lainnya. Hadir juga Petrus Salestinus dari TPDI, Silvester Manis dari Yayasan Bina Bantuan Hukum (YBBH) Veritas, dan Ketua DPP Paroki MBC Mathilde Pea Mole.

Sebagai dokter ahli forensik yang sudah berpengalaman melakukan autopsi, dokter Mu’in Idris mengatakan, di luar dugaannya, darah yang ada di tengkorak korban masih menggumpal. Biasanya kalau jenasah sudah berbulan-bulan, gumpalan darah di tengkorak kepala akibat benturan benda tumpul mencair.

Mengenai tempat kejadian perkara (TKP), menurut dokter Mu’in, kemungkinan TKP satunya bukan di tempat korban ditemukan. Sebelum meninggal dunia korban diperkirakan mengalami penderitaan yang cukup lama.

Autopsi jenasan Romo Faustinus Sega Pr ini sedianya dilaksanakan pukul 09.00. Begitu makam hendak digali, pihak keluarga dari Maumere yang tiba pagi itu melarang jenasah korban diautopsi. Pihak keluarga menangis di makam dan menolak makam digali.

Untuk menyamakan persepsi, Vikep Bajawa Rm Hengky Sareng Pr, Rm Ronny Neto Wuli, Rm Brechmans Ngaji Pr sejak pukul 11.00 mengadakan pertemuan dengan pihak keluarga di Ruang Prefek Seminari Mataloko. Pertemuan yang berlangsung tertutup itu memakan waktu cukup lama. Setelah ada kesepakatan, penggalian makam dilanjutkan pada pukul 12.30.

Pembongkaran makam diawali dengan upacara sabda yang dipimpin oleh Rm Brechmans Ngaji. Tidak mampu menahan rasa sedih, Romo Mans menyampaikan doa-doa yang dibawakannya sambil menangis. Pihak keluarga ikut bersedih dan menangis.

Usai upacara sabda, diadakan seremoni adat “zia ura ngana” (pembunuhan babi). Darah babi dipercikan oleh pihak keluarga ke makam korban sebelum digali.

Pembedahan jenasah dilakukan pukul 14.45. Dokter Mu’in didampingi seorang asistennya. Ikut juga menyaksikan autopsi dua dokter dari RSUD Bajawa Maria B S Nenu (Direktris RSUD Bajawa) dan dokter Agung. Pihak yang hadir juga pada waktu pembedahan jenasah Romo Faustin, Sekretaris KAE Rm Efraim Pea mewakili Bapak Uskup, Vikep Bajawa Rm Hengky Sareng Pr, Rm Ronny, Rm Mans, dan Carles Vian Baba (adik dari Rm Faustin) mewakili keluarga. Selama autopsi berlangsung Mataloko diguyur hujan.

Autopsi yang berlangsung aman dan tertib ini dijaga aparat keamanan Polres Ngada yang sangat ketat. Aparat Polres berada di setiap tempat dan bersenjata lengkap. Semua pihak yang tidak berkepentingan dengan autopsi dilarang masuk. Dibatasi dengan tali dan garis polisi (police line) yang diikat keliling. Warga berada kira-kira 50 meter dari makam. Pembongkaran makam tidak bisa disaksikan dengan baik karena berada di dalam tenda. Kendati demikian, warga tekun dan setia menunggu.

Pejabat pemerintah ikut bersama warga, Asisten I Setda Ngada Elias Djo, Kepala Kesbanglinmas Markus Watu, Kabag Tata Pemerintahan Philips Botha, Camat Golewa Kornelis Tuba, Kabag Humas Setda Ngada Yohanes Nahak. Hadir juga Ketua DPRD Ngada Thomas Dolaradho, anggota DPRD Ngada Lorensius Roga. Ikut menyaksikan Kapolres Ngada AKBP Erdy Swahariyadi.

Disambut Gembira
Penjelasan yang disampaikan oleh dokter Mu’in bahwa kesimpulan autopsi, korban meninggal dunia akibat kekerasan disambut isak tangisan para keluarga dari Rm Faustin dan warga yang sejak pagi menunggu dan menyaksikan jalannya rangkaian kegiatan autopsi.

Kecuali polisi, para pastor terutama Romo Hengky, Romo Ronny, Rm Efraim, Rm Gabriel Idrus Pr, Rm Mans (begitu Romo Brechmans Ngaji dipanggil), dan sejumlah imam, serta warga menyambut pemberitahuan dari Dokter Mu’in dengan gembira.

Baik Romo Ronny, Rm Mans, Rm Efraim, dan Silvester Manis yang semuanya dihubungi terpisah di Mataloko mengemukakan, hasil autopsi ini menggembirakan. Sekarang umat tidak bertanya-tanya lagi soal teka-teki kematian Romo Faustin. Penyebabnya sudah jelas. Akibat kekerasan.

Semua mereka sangat menyayangkan sikap aparat Polres Ngada yang selama ini mengabaikan hasil investigasi kematian Romo Faustin yang dilakukan oleh Tim Investigasi dan Advokasi yang dibentuk Keuskupan Agung Ende.

“Yang kami sesalkan temuan tim investigasi tidak ditindaklanjuti oleh Polres Ngada. Lebih lucu lagi, Kapolres Erdy Swahariyadi menilai temuan tim tidak ilmiah dan merupakan bentuk intervensi. Padahal kalau temuan tim dipakai, autopsi tidak perlu dilakukan,”kata Silvester Nong Manis.

Selama ini, tegas Romo Ronny, polisi selalu mengatakan bahwa belum cukup bukti. Harus autopsi. Sekarang dokter Mu’in sudah mengumumkan hasil autopsi, polisi tidak boleh tunggu lagi. Segera tangkap pelaku. Jangan tunggu-tunggu lagi.

Romo Mans mengatakan, Tim Investigasi Kematian Romo Faustin sangat puas dengan hasil autopsi ini. Autopsi ini tidak akan terjadi seandainya pihak Polres Ngada mau bekerja sama dengan Gereja.

“Sebagai orang yang turun langsung ke lapangan, tidak ada rekayasa dalam investigasi yang kami lakukan. Hasil investigasi benar-benar bisa dijadikan sebagai petunjuk yang bagus untuk mengungkapkan misteri kematin Romo Faustin,”kata Romo Mans.

Selaku utusan uskup, Romo Efraim mengatakan, peristiwa ini sangat menggembirakan. Syukur kepada Tuhan, karena doa para imam sudah terjawab. Kebenaran sudah terungkap yang selama ini membuat orang bertanya-tanya.

“Saya sudah sampaikan ke Bapak Uskup. Bapak Uskup menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada semua pihak yang terlibat menyukseskan autopsi ini. Sebab dengan hasil autopsi semua berita yang tidak benar dan upaya pembelokan dan pemutarbalikan fakta seputar kematian Romo Faustin diluruskan,” kata Romo Efraim.

Sebagai pribadi, demikian Romo Efraim, dirinya sangat berbahagia dengan pengumuman hasil autopsi yang dilakukan oleh Dokter Ahli Forensik dari UI ini. Sekarang tinggal bagaimana polisi menindaklanjuti hasil autopsi ini. Tidak boleh lagi ada manipulasi dalam proses selanjutnya.

Permintaan Keuskupan
Vikep Bajawa Romo Hengky Sareng mengatakan, dokter ahli forensik dari Universitas Indonesia Mu’in Idris datang melakukan autopsi jenasah Romo Faustin atas permintaan Tim Investigasi dan Advokasi yang dibentuk Keuskupan Agung Ende ke Kapolda dan tembusannya ke Kapolri.
Dalam permintaan tim, kata Romo Hengky, ada dua hal yang disampaikan yakni Kapolda menurunkan tim penyidik dan kalau terjadi autopsi, maka dokter forensik yang independen yaitu ahli forensik dari UI, Mu’in Idris yang melakukannya.

Tangkap Para Pelaku
Polisi diminta menangkap para pelaku yang diduga membunuh Romo Faustin. “Dengan hasil autopsi ini, polisi harus bekerja mengungkapkan pelaku,” kata Petrus Selestinus, Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesian(TPDI) kepada wartawan Flores Pos, Syarif Lamabelawa, Sabtu (14/2).

Selestinus yang ikut menyaksikan penggalian kubur jenazah Rm. Faustin menjelaskan, berdasarkan hasil deteski oleh ahli forensik dari UI ditemukan indikasi di jenazah korban berupa adanya tiga bekas biru di bagian kepala dan gumpalan darah yang masih utuh di otak dan bagian bawah tenggorokan.

Dengan fakta ini pula, polisi harus menangkap dan memroses para pelaku yang diduga membunuh korban, yang namanya sudah dikantongi oleh Polres Ngada.
Selestinus meminta para pelaku menyerahkan diri untuk memudahkan proses hukum atas kasus ini. Apabila masih ragu-ragu, TPDI dan LBH Veritas siap mendampingi dan memberikan advokasi terhdap para pelaku.

“Saat ini, saksi kunci Thresia Tawa berada di bawah lindungan Polres Ngada, dan untuk itu menjadi tanggung jawab sepenuhnya Polres Ngada untuk menjaga keselamatannya. Karena dia menjadi saksi kunci, kita minta agar dia dijadikan sebagai tersangka dan segera ditahan,” katanya.



Selengkapnya...

Kantor Dinas PPO Terbakar

Oleh Yusvina Nona

ENDE -- Kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ende di Jalan Soekarno, Sabtu (14/2) terbakar sekitar pukul 11.30. Api membumbung tinggi, membakar dan menghanguskan seluruh ruangan kantor. Hanya beberapa peralatan dan perlengkapan kantor yang bisa diselamatkan, sebagian besar hangus dilahap si jago merah. Kerugian sampai saat ini belum dapat dipastikan. Namun diperkirakan mencapai miliaran rupiah.
Alfons Keli, staf pada Bagian Tata Usaha Dinas PPO yang hari itu masuk kerja mengatakan dia tidak tahu dari mana datangnya sumber api. Dia bersama 2 temannya Pak Sipri dan ibu Sarmento dikagetkan oleh teriakan Kepala Dinas (Kadis) PPO, Agustinus Amby.

“Hari ini (Sabtu, 14/2) kami lembur mau menyelesaikan bahan usulan sertifikasi para guru S1 tahun 2008/2009. Tiba-tiba kami dengar teriakan Pak Kadis. Kebakaran. Karena melihat Pak Kadis dan banyak pegawai yang lari dari ruangan program, kami bertiga langsung lompat lewat jendela ruangan. Kami hanya bisa menyelamatkan sebagian bahan kenaikan pangkat dan usulan sertifikasi. Kami tidak tahu dari mana datangnya sumber api,”katanya menambahkan hari itu, kurang lebih ada 20 orang pegawai Dinas PPO yang lembur.

Alfons juga mengatakan api menyambar begitu cepat melalui plavon.

Nampak wajah sedih dan perasaan terharu para pegawai Dinas PPO yang datang menyaksikan kejadian itu. Ibu Lis Gauraja, Pengawas TK, SD dan Penasehat Lokal Kabupaten Ende dan Benediktus Djegho, Kepala Seksi (Kasi) Perencanaan pada Dinas PPO secara terpisah di lokasi kejadian mengatakan kebakaran itu sulit dipercaya.
“Api menghabiskan semua arsip penting. Begitu banyak data yang hilang. Harus dimulai dari nol lagi,”kata Benedikstus Djegho.

Dia kemudian menguraikan satu meja kerjanya dan beberapa unit komputer saja yang berhasil diselamatkan.

Begitupun dengan ibu Lis Gauraja langsung melihat peralatan dan perlengkapan ruangannya, pusat pembelajaran. “Saya ini dapat informasi kebakaran dari teman pengawas. Saya ada kunjungan ke SDI Watujara. Saya langsung ke sini. Sedih sekali saya melihat semua ini. Saya harus memeriksa, apa-apa saja barang-barang milik pusat pembelajaran yang selamat,”katanya.

Beberapa peralatan dan perlengkapan di ruangan pusat pembelajaran berhasil diselamatkan. Seperti mesin fotokopi, warless, file cabinet, beberapa unit kursi dan meja kerja.

Seperti yang disaksikan, peralatan dan perlengkapan termasuk beras gaji jatah guru dan pegawai yang berhasil diselamatkan berceceran di halaman Kantor Dinas PPO. Empat mobil tanki air masing-masing satu unit dari Polres Ende, satu unit dari UD. ASRI, satu unit dari PDAM dan satu unit dari Dinas PU berhasil memadamkan api sekitar pukul 13.30. Anggota TNI AD dari Kompi C membantu memadamkan api.
Sebelumnya pada awal kejadian, tukang ojek yang sering mangkal di depan kantor dinas turut membantu menyelamatkan barang.

Api yang telah berhasil dipadamkan pada kejadian siang itu, kembali menyala pada malam harinya sekitar pukul 19.00. Api menyala di dua ruangan yakni ruangan tata usaha dan ruangan keuangan. Padahal, sore harinya hujan mengguyur Kota Ende begitu lebat. Bahkan, asap api masih tampak hingga Minggu pagi.

Belum Tahu
Wakil Kepala Kepolisian Resor (Waka Polres) Ende, Kompol Arly Jembar Jumhana di lokasi kejadian mengatakan polisi belum tahu penyebab terjadinya kebakaran bekas kantor Bupati Flores dan Kampus Universitas Flores itu.

“Pertama kita lakukan adalah diisolir dulu lokasi ini. Kita konsentrasi pada api dan barang-barang yang bisa diselamatkan. Kita bersyukur karena tidak ada korban jiwa,”katanya.
Dia juga mengatakan setelah selesai padamkan api dan mengamankan barang-barang yang berhasil diselamatkan, pihaknya akan berkoordinasi dengan tim Reskrim untuk menyelidiki sebab-sebab kebakaran.

Dikatakan, mengingat Ende belum memiliki mobil pamadam kebakaran, upaya yang dilakukan untuk memadamkan api menggunakan mobil tanki air yang selama ini dimanfaatkan untuk melayani masyarakat.

Kebakaran yang terjadi di Dinas PPO merupakan kejadian yang ke-4 kalinya dalam dua bulan terakhir. Kejadian pertama terbakarnya bekas rumah makan Pondok Bambu di Jalan Banteng, kejadian ke-2 menimpa Pub dan Karoke Betta Beach di Kelurahan Mautapaga. Kejadian ke-3 di Kelurahan Paupire yang menghanguskan 3 rumah warga.


Selengkapnya...

Polisi Gerebek Rumah Timbun Bahan Peledak

Oleh Wall Abulat

MAUMERE -- Tim polisi yang dipimpin Kepala Satuan (Kasat) Reskrim Ajun Komisaris Polisi (AKP) Parasian H. Gultom, Sabtu (14/2) dini hari, menggerebek rumah milik Kardi (27) warga Dusun Mole, Desa Pemana, Kecamatan Alok, yang selama ini menimbun bahan peledak.

Tim polisi saat itu menyita belasan jenis handak yang siap ledak dan membekuk dua tersangka La Undu dan pemilik rumah Kardi.

Kapolres Sikka AKBP Agus Suryatno di Maumere, Minggu (15/2) menjelaskan Polres Sikka bekerja sama dengan warga setempat dan pihak informan lainnya untuk mengungkapkan kasus ini.

“Polisi dapat informasi ada pihak yang memimbun dan manfaatkan bahan peledak untuk kepentingan penangkapan ikan dalam setahun terakhir. Berdasarkan informasi ini, saya tugaskan anggota ke Pemana yang dipimpin Kasat Reskrim AKP Parasian H Gultom,” kata Kapolres.

Polisi menyita di antaranya 9 buah detonator yang sudah dilengkapi dengan kabel, 17buah detonator tanpa kabel, 6 buah sumbu bahan peledak, 4 karung ammonium nitrat, 1 botol bir bali Hai berisi bahan peledak aktif siap pakai, 1 botol kecap ABC berisi handak aktif siap pakai, 2 botol sprite berisi handak aktif, dan 1 korek api berisi belarang.

“Semua barang bukti ini sudah diamankan polisi. Sementara dua tersangka juga sudah disel,” katanya.

Bahan peledak ini bisa disalahmanfaatkan warga. Akibatnya tidak saja terjadi kerusakan biota laut, ikan, dan terumbu karang, tetapi juga sangat berisiko bagi nyawa manusia.

Kasat Reskrim AKP Parasian H. Gultom secara terpisah mengatakan, penyidik sedang mengintensifkan pemeriksaan dua tersangka. Polisi akan mencari kemungkinan ada pelaku lain yang menggunakan bahan peledak untuk menangkap ikan.
Tersangka akan dikenakan pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 12/DRT/1951 tentang senjata api dan bahan peledak jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP dengan ancaman 10 tahun penjara.

Disaksikan Flores Pos, Minggu pagi, barang bukti kasus ini diamankan polisi di depan Unit Reskrim Polres Sikka. Sementara tersangka La Undu dan Kardi berada di balik jeruji sel tahanan Polres Sikka.


Selengkapnya...

Pelantikan Bupati Wakil Bupati Molor 5 Jam

Oleh Anton Pandong

BORONG -- Pengambilan sumpah dan pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Menggarai Timur periode 2009-2014 atas nama Yoseph Tote dan Agas Andreas, Sabtu (14/2) di Kantor DPRD Manggarai Timur di Borong oleh Gubernur NTT Frans Lebu Raya molor 5 jam.
Rencana semula jam 09.00 akhirnya mundur hingga jam 14.000. Sampai terjadi demikian karena cuaca di Manggarai Timur mendung dan hujan.

Gubenur Frans Lebu Raya dengan pesawat carteran bersama rombongan turun di Labuanbajo dan seterusnya lewat darat ke Ruteng. Setelah makan siang di Ruteng, Gubernur dihantar Bupati Manggarai Christian Rotok dan tiba di Borong dalam keadaan hujan lebat.

Di tenda depan jalan, rombongan diterima pimpinan DPRD Manggarai Timur dan ada kepok curu dan kapu. Seterusnya gubernur dihantar ke kantor dewan dengan payung untk memimpin acara pengucapan sumpah dan pelantikan bupati dan wakil bupati Manggarai Timur. Sebelumnya, calon bupati dan wakil bupati dihantar dengan kendaraan terbuka dan diiring tarian ja'i.

Di depan kantor dewan, keluarga menyerahkan duet ini ke pimpinan dewan dan diterima ketua Dewan John Nahas.

Acara pelantikan kemudian langsung dipimpin gubernur sendiri. Setelah pembacaan SK oleh Sekwan Paulus Tamur, dua tokoh ini dikukuhkan jadi pemimpin di Manggarai Timur.
Makin lengkap, setelah dua petinggi itu dikenakan Garuda di dada. Selanjutnya, dilakukan pelantikan ketua TP PKK Manggarai Timur, Ibu Sun Maria Sedia. Usai acara, gubernur langsung lewat darat ke Soa agar dengan pesawat terbang kembali ke Kupang.

Selengkapnya...