06 April 2009

Uskup Kherubim: Gunakan Hak Pilih dengan Baik

Penyelenggara Perlu Kerja Sesuai Aturan

Oleh Syarif Lamabelawa

MAUMERE -- Uskup Maumere, Mgr Gerulfus Kherubim Pareira SVD mengimbau semua umat Kristen dan umat beriman lainnya untuk menggunakan hak pilihnya dengan baik pada pemilihan umum legislatif, Kamis 9 April 2009.

Hal ini dikemukakan Vikaris Jenderal Keuskupan Maumere Rm Frans Fao Pr dalam rapat bersama antara Komisi Independen Daerah (Kominda) dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di ruang kerja Wakil Bupati Sikka, Kamis (2/4).

Uskup, demikian Fao, juga berpesan agar para penyelenggara pemilu dapat bekerja sesuai aturan hukum dan tidak lupa untuk selalu berdoa, baik sebelum dan sesudah melaksanakan tugas.

“Uskup Maumere sangat mengharapkan agar semua pihak di Kabupaten Sikka bergandengan tangan menyukseskan penyelenggaraan pemilu. Sehingga pelaksanaan pemilu dapat berlangsung dengan baik dan damai sesuai seperti yang diharapkan bersama,” ujarnya.

Romo Frans menambahkan, imbauan Uskup Maumere ini juga akan diumumkan para pastor di wilayah Keuskupan Maumere pada setiap kesempatan kegiatan keagamaan, terutama pada kegiatan keagamaan menjelang pelaksanaan pemilihan umum.
Selaku Koordinator Forum Kerukunan Umat Beragama, Romo Frans juga mengharapkan agar aparatur pemerintah, TNI, Polri, tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat memberikan pemahaman dan pendidikan secara baik kepada masyarakat perihal penggunaan hak pilih itu.

Wakil Bupati Sikka Wera Damianus dalam arahannya juga mengharapkan agar semua pihak yang berperan dalam pelaksanaan pemilihan umum bekerja sesuai dengan aturan hukum yang ada serta memiliki sikap cepat tanggap terhadap berbagai persoalan yang dihadapi selama proses pemilu berlangsung.

Kepada petugas KPU dan Panwaslu baik yang ada di tingkat kabupaten kecamatan dan desa, Damianus berharap untuk bekerja sesuai aturan hukum yang berlaku. Para petugas juga supaya bekerja secara tegas, lugas, tepat dan benar demi menyukseskan pesta demokrasi yang adil dan aman.

Rapat antara Kominda dan FKUB ini dihadiri Muspida, Ketua KPU Kabupaten Sikka Albertus Ben Bao, Ketua Panwaslu Kabupaten Sikka Alfons Gaudensius Sero, Kasat Intel Polres Sikka AKP Riwu Lambertus, tokoh agama dan tokoh masyarakat.*

Selengkapnya...

Tim Polda Sangat Didukung Warga

Oleh Hubert Uman

BAJAWA -- Ketua Tim Polda NTT yang melakukan penyelidikan ulang kasus kematian Pastor Pembantu Paroki Raja Kevikepan Bajawa, Ajun Komisaris Besar Polisi Mohamad Slamet mengatakan, timnya sangat didung oleh masyarakat, gereja, dan pemerintah. Semua kegiatan tim berjalan lancar, berkat kerja sama yang baik dari semua pihak.

“Tidak ada kendala yang berarti. Penyelidikan kasus ini berjalan lancar. Penolakan pemeriksaan terhadap Theresia Tawa yang dilakukan Polres Ngada, tidak menghambat penyelidikan. Prinsipnya, tim bekerja sampai tuntas. Sampai misteri kematian Romo Faustin terungkap,” kata Slamet di Hotel Korina Jumat (3/4).

Pada waktu dimintai tanggapannya per telepon, Sabtu (4/4), Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI), selaku ketua tim kuasa hukum Keuskupan Agung Ende (KAE) Petrus Salestinus mengatakan, penolakan Kapolres Ngada terhadap tim Penyidik Polda NTT untuk memeriksa Theresia Tawa merupakan tindakan subordinasi alias pembangkangan terhadap perintah atasan.

“Kita sangat sesalkan terhadap penolakan ini. Apalagi tim untuk sebuah misi penegakan kebenaran dan keadilan guna mengungkap penyebab kematian Romo Faustin yang sampai sekarang masih misteri. Umat Katolik masih terus menunggu. Dan umat harapkan tim Penyidik Polda bisa mengungkapkan siapa pelaku pembunuhan ini,”tulis Petrus Salestinus dalam pesan singkatnya.

Selaku kuasa hukum Keuskupan, katanya, sangat menyesalkan penolakan ini. Sikap ini menimbulkan keresahan dan rasa tidak puas umat yang sudah lama menunggu hasil kerja aparat penegak hukum yang menangani penyelidikan dan penyidikan kematian Romo Faustin. Sikap penolakan ini membuat terang bahwa Polres Ngada sedang bekerja bukan untuk kepentingan umum dan penegakan hukum, tetapi untuk kepentingan orang tertentu.*


Selengkapnya...

Fashion dan Informasi untuk Perempuan Positif HIV

Oleh Marcela Valente
Sindikasi Pantau

MAJALAH terbitan International Community of Women Living with HIV/AIDS (ICW) di Amerika Latin dan Karibia tampil modern dan penuh warna. Ia bukan hanya menyediakan informasi tapi juga tulisan mengenai fashion dan hiburan. Desainnya ramping, bisa dimasukkan dalam tas perempuan.

"Majalah-majalah di ruang tunggu dokter biasanya menempatkan perempuan penderita HIV sebagai korban, yang menjalani kehidupan tragis. Tapi majalah ini mewartakan kegembiraan, penuh energi, dan hidup yang sehat tanpa rokok, memperhatikan sistem kekebalan tubuh mereka," ujar Maria Mansilla, editor yang bertanggung jawab atas konten majalah No estás sola (Kamu Tak Sendirian) kepada IPS.

Nama majalah ini berasal dari slogan salah satu kampanye ICW Latina dengan target perempuan hamil penderita HIV, yang sering merasa sendirian ketika menghadapi sistem medis yang acuh tak acuh atau bahkan bermusuhan.

Ide awalnya menyediakan mereka informasi bagaimana mencegah penularan virus AIDS dari ibu ke bayinya. Juga mengajak perempuan yang mengalami kondisi tersebut bergabung dengan jaringan mereka.

"Melalui majalah ini, kami berusaha menghindari pendekatan cengeng, yang hanya menyediakan ruang pengaduan atau perspektif medis-ilmiah," ujar Mansilla.
"Kami ingin bercerita bagaimana gadis-gadis di berbagai negara mempersiapkan pesta ulang tahun ke-15 mereka, seperti juga tentang kurangnya lapangan kerja. Kami punya pembaca yang didiagnosis menderita AIDS 20 tahun lalu dan yang baru. Sehingga materi majalah harus seimbang, dan bersama-sama kami buat."

Majalah ini dirilis akhir Februari lalu. Ia sudah didistribusikan di 20 negara Amerika Latin, tempat ICW Latina memiliki sejumlah cabang. Majalah ini merupakan buah sekretariat regional, yang dipimpin aktivis Argentina Patricia Pérez.

ICW didirikan dengan level global pada 1992 untuk merespons kurangnya dukungan, pelayanan, dan informasi bagi perempuan penderita HIV/AIDS, dan untuk memperjuangkan hak-hak mereka. Organisasi ini memiliki perwakilan di berbagai wilayah, dipimpin dan didirikan oleh para perempuan penderita HIV.

Fokus utama program ICW Latina adalah melawan stereotipe.

Dua tahun lalu, mereka mengejutkan opini global ketika menerbitkan sebuah laporan, dengan dukungan dari Dana PBB untuk Anak-Anak (UNICEF), mengenai perempuan-perempuan muda dan dewasa pengidap HIV/AIDS di wilayah itu, yang memberikan kesaksian bagaimana menghadapi hasil didiagnosis.

Tujuan laporan itu melawan "kesendirian, stigma, dan diskriminasi."

Kini, majalah No estás sola akan jadi terbitan tiga bulanan, meski di masa mendatang bisa terbit lebih sering, ujar Daniel Barberis, wartawan yang juga jadi petugas bagian media ICW Latina, kepada IPS.

"Hidup kami cenderung digambarkan dalam stereotipe-stereotipe tertentu, dicap hitam, dengan nada yang tragis," tulis editorial edisi pertama.
Yang perlu ditekankan adalah kebutuhan informasi terbaru, agar "menikmati hidup dengan baik dan sehat."

"Informasi adalah hak," ujar pemimpin redaksi, Patricia Pérez.

Dengan sampul penuh warna bergambar seorang perempuan muda menatap jauh ke arah lautan, No estás sola membukanya dengan pernghormatan kepada keluarga dan teman-teman pengidap HIV, "orang-orang yang mendampingi, membantu menjalani hidup, menyelami dan menghadapi hasil diagnosis," sembari menekankan pentingnya "dukungan kasih sayang" bagi orang-orang dalam situasi semacam ini.

Tulisan itu menceritakan situasi yang dihadapi perempuan dan anggota keluarga mereka. Tulisan didukung sejumlah studi ilmiah yang menunjukkan pentingnya dukungan semacam itu untuk membantu perawatan. Dihiasi pula dengan foto-foto fotografer Prancis, Joelle Dollé, yang sebelumnya pernah dipamerkan di Prancis dan Spanyol.
Foto-foto itu memperlihatkan dua atau tiga orang, yang tersenyum dan tampak sehat, bersama nama pertama dan profesi mereka. Dijelaskan bahwa salah satu dari mereka mengidap HIV. Tapi sulit menentukan yang mana.

Majalah ini juga memiliki rubrik untuk perempuan muda dan dewasa. Para remaja yang ambil bagian dalam pertemuan yang digagas ICW Latina mengutarakan harapan dan keinginan mereka, "agar tak didiskriminasikan", "agar masalah HIV/AIDS didiskusikan di setiap sekolah", "agar bisa membantu para perempuan itu tak terjebak dalam keputusasaan."

Perajin perhiasan asal Uruguay Maureen Brenson bicara mengenai kehidupannya. Dia menjawab berbagai pertanyaan pendek tentang kesulitan yang dihadapinya, juga pekerjaan dan mimpi-mimpinya. Salah satu pertanyan yang diajukan adalah, "Apa yang akan Anda lakukan seandainya memenangi lotere?"

Mansilla mengatakan, ICW Latina mengundang para profesional media dan desain untuk membantu mengerjakan majalah itu, yang disebutnya bukan hal yang biasa dilakukan LSM.
"Tujuannya bukanlah memproduksi sebuah penerbitan yang menunjukkan apa kegiatan organisasi kami, tapi membuat sarana baru untuk menjalankan tugas kami," ujarnya.

"Perempuan yang bergabung dalam jaringan ini adalah aktivis akar rumput, tanpa pengalaman organisasi, dan kini mereka bisa berbuat sesuatu. Banyak di antara mereka adalah para pemimpin yang mencoba menyalurkan pesan-pesan secara kreatif, berbeda, dengan musik, lagu, dan komitmen seniman," ujarnya.

"Ini cara nonkonvensional untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan publik."
Majalah itu juga memuat wawancara dengan Eugenia Podestá, koordinator regional Vital Voices, LSM internasional yang didirikan pada 1997 oleh Hillary Clinton (sekarang Menteri Luar Negeri AS) saat menjadi ibu negara. LSM ini bertujuan melatih dan memberdayakan para pemimpin perempuan di seluruh dunia.

Edisi pertama No estás sola juga memiliki rubrik surat kepada redaksi, konsultasi kesehatan; mulai pendekatan nontradisional hingga bermacam kotak obat-obatan, artikel kesehatan, dan bahkan fashion.

Desainer Argentina Maria Cher memberikan saran praktis bagaimana membuat baju terbaik untuk menyiasati perubahan bentuk tubuh, yang seringkali terjadi akibat efek samping konsumsi kombinasi obat-obat antiretrovial.

Efek samping umumnya adalah lipodystrophy, yang menyebabkan distribusi lemak tubuh tak wajar. Gejalanya perut dan dada membengkak, tapi kehilangan jaringan lemak di wajah, lengan, dan kaki.

Cher memberikan ide-ide bagi perempuan itu agar terlihat modis, dan tetap merasa nyaman dengan perubahan tubuh mereka.*

Selengkapnya...