03 April 2009

Polisi Lumpuhkan Pencuri dengan Senjata

Ditembak pada Lutut Kiri

Oleh Wall Abulat

MAUMERE -- Polisi melumpuhkan seorang pencuri, John Kenedy (26 tahun), warga Kewapante dengan sebutir peluru pada lutut kirinya. Dia ditembak karena hendak melarikan diri dari pengejaran polisi di Waiara, Kewapante, Kamis (2/4).

Kapolsek Kewapante Inspektur Satu (Iptu) Muhammad Arif Sadikin, Jumat (3/4) menjelaskan saat itu Kenedy bersama salah seorang anggota komplotan pencuri Laurensius, warga Namangkewa hendak melarikan diri dari pengejaran polisi dengan sepeda motor. Polisi memberi isyarat kepada pelaku untuk menyerahkan diri, namun dia tidak menghiraukannya.

“Untuk melumpukan para pencuri, terpaksa dilakukan dengan menembakkan peluru ke arah lutut kiri Kenedy. Upaya ini berhasil melumpuhkan pelaku sehingga kemudian menyerahkan diri kepada polisi,” katanya.

Polisi membawa Kenedy ke ke RSUD Maumere untuk mendapat perawatan medis. Pelaku dan temannya dibawa polisi ke Polsek Kewapante untuk diproses sesuai mekanisme hukum yang berlaku. Kenedy dan temannya sudah ditahan,” katanya.

Kenedy dan Laurens selama ini berada dalam satu komplotan pencuri yang beranggotakan sedikitnya 4 orang. Dua anggota lainnya: Romanus dan Oke, warga Namangkewa masih buron sehingga masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) oleh Polsek Kewapante.
Kenedy dan anggota komplotannya, katanya, selama ini terlibat dalam pelbagai kasus/aksi pencurian di antaranya pencurian sepeda motor, 6 buah handphone, VCD, computer, dan pelbagai jenis peralatan elektronik lainnya.

Keterlibatan Kenedy dan anggotanya selama ini diketahui berdasarkan laporan para korban pencurian dan sesuai pengembangan keterangan dan pengumpulan data oleh polisi.
Para pencuri, lanjutnya, akan dikenakan pasal 362 dan pasal 363 KUHP tentang pencurian dengan ancaman hukuman di atas lima tahun penjara.

Kapolres Sikka AKBP Agus Suryatno yang dikonfirmasi terpisah menjelaskan pihaknya telah menugaskan Kapolsek Kewapante untuk membongkar seluruh jaringan pencurian yang meresahkan warga Kewapante dan warga lainnya di Kabupaten Sikka. Ia juga berjanji anggota Polres Sikka siap memback up tugas aparat Polsek Kewapante untuk membongkar jaringan dan memburu pelaku yang masih buron.*
Selengkapnya...

Pemda Ngada Dilaporkan ke Jaksa

Penyaluran Dana Lewat Parpol

Oleh Hubert Uman

BAJAWA -- Mewakili pimpinan partai politik peserta pemilu lainnya di Ngada, Johny Ngai Luna dari PKPI dan Joseph Doresiu dari Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Jumat (3/4) melaporkan Pemda Ngada ke Kejaksaan Kegeri (Kejari) Bajawa karena menyalurkan dana bantuan ternak kambing, sapi, dan babi untuk kelompok tani di Ngada melalui partai politik tertentu.

“Kami protes Pemda menyalurkan dana lewat partai politik tertentu di Ngada. Bukan oleh dinas terkait, tetapi oleh caleg partai politik. Ini jelas penyimpangan. Kita miliki bukti kuat,” kata Johny Ngai Luna, usai menyerahkan laporan pimpinan partai politik ini ke kejaksaan, tanpa menyebutkan partai politik yang dimaksudkan.

Kepala Kejari Bajawa Semuel Say dan Kasi Pidsus Roberth Jimmy Lambila, demikian Johny Ngay Luna dan Joseph Doresiu, akan menindaklanjuti pengaduan ini. Namun jaksa minta bukti akurat. Luna dan Doresiu berjanji aakan melengkapi laporan ini dalam satu dua hari. Bukti memang sudah ada, tetapi perlu dilengkapi lagi.

Menurut Johny Ngay Luna, bukti yang mereka miliki sekarang antara lain pernyataan kelompok yang mengaku menerima bantuan dari caleg tertentu. Uang bantuan Pemda mereka terima dari caleg partai politik. Bukan melalui petugas pemerintah.
Kepala Kejaksaan Negeri Bajawa Semuel Say dan Roberth Jimmy Lambila, usai menerima pengaduan pimpinan partai politik ini kepada wartawan menjelaskan, kejaksaan telah menerima pengaduan tersebut.

“Kita baru terima laporannya. Tentu kita pelajari dulu. Kalau memang ada dugaan korupsi, kepada pimpinan partai politik kita minta lengkapi bukti yang akurat. Setelah itu baru jaksa ambil sikap,” kata Semuel Say.

Cegah Konspirasi
Selaku penyelenggara, Komisi Pemilihan Umum (KPU) berusaha agar pemilu legislatif kali ini bisa menghasilkan pemimpin yang bersih. Pemimpin atau anggota legislatif tidak dipilih karena uang atau janji.

“Kami mempertanyakan uang yang dikeluarkan oleh Pemda Ngada pada masa pemilu. Apabila terbukti uang bantuan ternak dari Pemda ini disalurkan oleh caleg parpol tertentu, sangat disayangkan. Sementara KPU minta uang kepada Pemda untuk kelancaran pemilu, sampai sekarang belum ditanggapi,” kata Ketua KPUD Ngada Arnoldus Keli Nani bersama anggotanya Yosafat Koli dan Hendrica Melania Lame Djawa, Jumat (3/4) di Kantor KPUD Ngada.

Uang milik rakyat yang berseliweran di kelompok-kelompok tani ini, dipertanyakan oleh Keli Nani. Jangan sampai ada konspirasi antara pemerintah dan kelompok tertentu yang ingin menjaga kemapanan.

“Konspirasi ini harus dicegah. Penyaluran dana ini harus ditelusuri. Jaksa atau KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) harus turun. Rakyat jangan dibodohi. Tidak boleh ada politik uang. Sebab caleg yang terpilih karena uang, maka hubungannya dengan masyarakat putus. Apa pun yang dibuatnya setelah duduk di dewan, masyarakat tidak bisa control,” katanya.

KPUD Ngada, menurut Keli Nani, sudah menerima pernyataan sikap pimpinan partai politik yang memprotes penyaluran dana Pemda Ngada lewat parpol. Semua anggota KPUD Ngada sangat mendukungnya. Pimpinan parpol harus berjuang membongkar kebobrokan ini.
Menurut Keli Nani, di Bobou juga ada anggota keluarganya yang menerima bantuan dari caleg yang dipersoalkan pimpinan parpol. Ia diinformasikan bahwa tim Pemda Ngada yang turun ke kelompok tani bukan untuk mengecek keberadaan kelompok, tetapi untuk merekayasa bahwa kelompok penerima bantuan sudah ada lengkap dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya. Tim ditugaskan untuk melegalkan kelompok tani penerima bantuan.

Yosafat Koli menegaskan, berdasarkan ketentuan Undang-Undang No. 10/2008 tentang pemilu, apabila terbukti ada politik uang, biar sudah terpilih yang bersangkutan bisa dibatalkan.

Pergantian calon terpilih, sesuai ketentuan pasal 218 ayat 1 undang-undang ini, demikian Yosafat Koli, dapat dilakukan apabila meninggal dunia, tidak memenuhi syarat untuk menjadi anggota DPR,DPD, DPRD. Dan terbukti melakukan tindak pidana pemilu berupa politik uang, pemalsuan dokumen berdasarkan keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

Tanggapan Pemda Ngada, menurut Kepala Dinas Pendapatan Daerah, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Antonius Repu, akan diberikan secara tertulis.*
Selengkapnya...

Kasus Romo Faustin Pembunuhan Berencana

Alibinya Kuat

Oleh Hubert Uman

BAJAWA -- Dari serpihan barang bukti dan keterangan 16 saksi yang sudah diperiksa, alibinya sangat kuat bahwa kasus ini pembunuhan berencana. Korban Romo Faustinus Sega Pr dibunuh setelah direncanakan terlebih dahulu.

“Belum bisa disampaikan siapa calon tersangka yang merencanakan pembunuhan ini. Siapa aktor intelektualnya, juga tunggu dulu. Tetapi yang jelas ada indikasi kuat bahwa kasus ini pembunuhan berencana,” kata Ketua Tim Polda Ngada yang melakukan penyelidikan ulang kasus kematian Romo Faustinus Sega, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Mohamad Slamet, di Bajawa, Jumat (3/4).

Dia mengatakan, saksi yang sudah diperiksa oleh timnya sebanyak 16 orang. Para saksi tidak dipanggil. Tim menerapkan sistem jemput bola untuk mempercepat proses. Pemeriksaan dilakukan di Polsek, paroki, dan tempat tinggal saksi. Apabila dipanggil, akan makan waktu, buang biaya, waktu, dan tenaga. Dan sistem jemput bola ini juga suatu bentuk pelayanan kepada masyarakat. Sebab polisi juga bagian dari masyarakat.

Dalam penyelidikan kasus ini, kata Slamet, timnya tidak mengalami kendala. Kendalanya hanya satu, yakni Polres Ngada tidak mengizinkan tim melakukan pemeriksaan terhadap Thersia Tawa. Berkas perkara Theresia Tawa yang sudah dilimpahkan ke Kejaksaan juga tidak diberikan oleh Polres Ngada.

“BAP yang sudah dilimpahkan ke kejaksaan ini kami mau pelajari. Pada waktu tim minta di Kasat Reskrim tidak diberikan. Kemarin saya minta di Kapolres, juga tidak diberikan. Tim tetap berusaha untuk periksa Theresia Tawa,”kata Slamet.
Apakah ini suatu bentuk Polres Ngada tidak mendukung kerja Tim Polda, dijawab oleh Slamet, tentang hal ini ia tidak bisa omong. Tinggal masyarakat sendiri yang menilai.

Berkaitan dengan Kasat Reskrim Polres Ngada AKP Doni yang semula termasuk anggota tim yang dipimpinnya, kata Mohamad Slamet, lihat sendiri. Hanya kami sendiri yang kerja. Kendati demikian, tim ini bekerja sampai tuntas. Tim belum kembali ke Kupang sebelum pelaku pembunuhan dalam kasus ini terungkap.

Ketua Lembaga Advokasi dan Penguatan Masyarakat Sipil (Lapmas) Yosafat Koli, sangat menyangkan sikap Polres Ngada yang tidak memberikan dukungannya terhadap tim Polda yang melakukan penyelidikan kasus kematian Romo Faustin Sega.

“Polres Ngada harus berjiwa besar. Akui kelemahannya dalam pengungkapan pelaku pembunuhan Rm Faustin ini. Dukunglah tim Polda. Masyarakat Ngada khususnya atau Flores umumnya masih terus menunggu hasil kerja polisi dalam mengungkapkan pelaku pembunuhan Rm Faustin,” kata Yosafat Koli di Bajawa, Jumat (3/4).

Menurut Yosafat Koli, kasus pembunuhan Romo Faustin sangat aneh. Masa pelaku hanya Theresia Tawa. Pelakunya pasti lebih dari satu orang. Pelaku yang lainnya harus dibongkar, termasuk aktor intelektualnya.*
Selengkapnya...

Kasus Kepala Telkom Lewoleba Disidangkan

Perbuatan Tidak Menyenangkan kepada Wartawan

Oleh Steny Leuweheq

LEWOLEBA -- Sidang perdana kasus perbuatan tidak menyenangkan yang dilakukan oleh Kepala Telkom Lewoleba Jefta Loak terhadap wartwan Harian Flores Pos, Maxi Gantung digelar (2/3) diPengadilan Negeri Lewoleba. Maxi Gantung menyumpahi kepala Telkom dan saksi yang memberikan keterangan tidak sesuai dengan fakta.

Usai mendengar keterangan saksi dan terdakwa, Maxi Gantung menyumpahi terdakwa dan saksi, Yosefina Bunga Lolon yang dalam keterangannya mengatakan korban menyeroboti ruangan Kepala Telkom sehingga terdakwa marah dan memegang krak baju korban.
Maxi dalam keterangannya mengatakan, terdakwa bersama keluarganya pergi ke rumahnya dan saat itu korban memaafkan. Selain itu korban mengatakan saksi sudah mengucapkan sumpah di hadapan majelis hakim untuk memberikan keterangan yang sejujurnya.

“Kalau saya masuk dalam ruangan Jefta Loak saya minta Tuhan memanggil saya sekarang. Jafta Loak sudah sudah pergi ke rumah saya untuk minta maaf dan saya memaafkannya dengan ikhlas. Karena itu saya minta supaya kita jujur dalam memberikan keterangan,” katanya.

Maxi yang saat itu dengan suara lantang membuat suasana sidang hening. Ketua Majelis Hakim minta agar Jefta Loak dan Maxi Gantung berjabatan tangan. Namun Maxi Gantung tidak mau.

“Bapa majelis hakim, terdakwa bersama keluarganya sudah ke rumah dan saya sebagai manusia sudah memaafkan dan tadi sudah berjabatan tangan di depan majelis hakim, sekarang lagi mau berjabatan tangan, ini macam sandiwara saja,” kata Maxi.
Jefta Loak yang sudah berdiri dan siap untuk berjabatan tangan terpaksa harus kembali ke tempat duduknya karena Maxi tidak mau berjabatan tangan.

Sidang dipimpin ketua majleis hakim yang juga Ketua Pengadilan Negeri Lewoleba Houtman L Tobing dan dibantu dua hakim anaggota, Saidin Bagariang dan Gustaf Bles Kupa. Jaksa Penuntut Umumnya, Arif M. Kanahau serta panitera, Kia Victorianus. Dalam kasus ini terdakwa tidak memakai penasihat hukum.

Saksi Yosefina Bunga Lolon menjawab ketua majelis hakim dan hakim anggota Saidin Bargariang mengatakan bahwa tidak ada batasan waktu untuk pelanggan dalam menggunakan fasilitas internet milik Telkom.

“Boleh pakai berapa jam asal bayar” kata Yosefina operator pada Telkom Lewoleba ini yang saat kejadian itu baru tiga hari bekerja di Telkom. Saksi mengatakan saat itu korban menggunakan internet selama empat jam dan membayar Rp10 ribu. Karena membayar Rp10 Ribu maka dirinya menyampaikan kepada terdakwa yang saat itu berada di ruangannya. Terdakwa keluar dari ruangan dan terjadi perang mulut antar korban dan terdakwa. Terdakwa saat itu memegang krak baju korban.

Sementara saksi Jemi P Bulu, dalam keterangannya mengatakan dirinya berada di luar kantor atau halaman kantor saat kejadian. “Saya baru tahu setelah diberitahu oleh Yosefina”. Ia mengatakan dirinya tidak tahu masalah awalnya.

Saat masuk dalam kantor terdakwa sedang mengacungkan tangan dan mengusir korban untuk keluar dari ruangan kantor. Terdakwa juga mengancam untuk pukul korban. Setelah itu dirinya bersama Elisa mengantar korban ke luar dari dalam kantor.
Majelis hakim terus menanyakan kepada saksi mengenai penyebab terdakwa memegang krah baju dan melarang korban untuk tidak menggunakan fasilitas Telkom. Namun Jemi berulang kali mengatakan ia tidak tahu. “Saya beri keterangan sesuai dengan apa yang saya dengar dan yang saya lihat,” katanya.

Hakim Saidin mengatakan dalam memberikan keterangan, jangan berbeli-belit . “Jangan melindungi atasanmu karena ini memberatkan atasanmu”. Keterangan saksi Elisa sama dengan keterangan saksi Jimy Bulu. Saksi Elisa juga tidak tahu masalah awalnya.

Menjawab pertanyaan Jaksa Arif , Jimy dan Elisa mengatakan kalau krak baju mereka dipegang seperti yang dialami oleh korban maka mereka marah dan tersinggung. Dan hal tersebut juga tidak menyenangkan. Pertanyaan yang sama juga dilontarkan kepada Yosefina, namun Yosepfina mengatakan kalau krak baju dipegang dirinya bisa marah atau tersinggung dan bisa juga diam saja kalau dirinya pada posisi yang salah. Jaksa Arif mengatakan kalau kejadian seperti yang dialami oleh Maxi Gantung bagaimana perasaan Anda? “Saya marah” kata Yosefina.

Terdakwa Jefta Loak di hadapan majleis hakim mengaku bersalah. Ia mengatakan dirinya memegang krak baju dan melarang Maxi untuk tidak menggunakan internet di Telkom karena ia hanya bayar Rp10 ribu sementara saat itu ia pakai selama 4 jam. Kalau internet tidak bisa konek atau mengalami gangguan tetap dikenakan bayar Rp11.000 per jam. Seharusnya Maxi Gantung bayar Rp44.000.

Maxi Gantung yang selama ini sering menggunakan internet di Telkom mengatakan selama ini kalau internet tidak konek maka dirinya tidak dikenakan biaya. Kita hanya bayar biaya untuk ketiknya saja Rp6000 per jam. Saat itu jelas Maxi Gantung selama satu jam ia gunakan untuk ketik, sementara selama tiga jamnya ia gunakan internet untuk krim berita tapi internetnya saat itu mengalami gangguan. Selama tiga jam Maxi mencoba untuk kirim berita tapi internetnya tidak bisa konek.

Sidang akan dilanjutkan Senin (6/4) dengan agenda sidang tuntutan jaksa. Terdakwa yang sejak 20 Maret ditahan oleh Kejaksaan Negeri Lewoleba.*
Selengkapnya...

Sekjen PKDI Dikalungi Rosario Besar

Oleh Hubert Uman

BAJAWA -- Masyarakat Turekisa Kelurahan Mangulewa Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada, menyambut kedatangan Sekjen Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI) Maria Anna Soe dengan tarian ja’i. Maria Anna Soe yang didampingi Caleg PKDI untuk DPRD NTT Metu Sio (ketua DPD PKDI NTT) dan Bernadeta Djawa, serta sejumlah caleg Kabupaten Ngada begitu turun dari mobil langsung dikalungi rosario besar yang terbuat dari kayu jati, lengkap dengan salibnya.

Di Turekisa Caleg pusat PKDI nomor urut satu untuk Daerah Pemilihan (Dapil) NTT 1 ini mengadakan tatap muka dan dialog dengan 200-an warga Turekisa. Warga menyambut kedatangan Maria Anna Soe ini penuh antusias. Pada waktu ia menjelaskan tentang PKDI, peserta memberikan aplaus. Tatap muka dan dialog ini dimeriahkan oleh penyanyi Pietche Ranitoa. Ia menyanyikan tuju lagu, antara lain Ave Maria.

Dijelaskannya, PKDI hadir di Indonesia untuk memperjuangkan keadilan yang penerapannya tidak merata di Indonesia . Kelompok minoritas selalu diperlakukan tidak adil. PKDI ingin membangun Negara ini di atas pluralisme berdasarkan Pancasila dan UUD’45.

“PKDI ingin berjuang adanya keadilan di negeri ini. Pembahasan undang-undang yang menihilkan hak kaum minoritas, antara lain seperti undang-undang pornografi, harus dihilangkan. Undang-undang yang bersifat diskriminatif ini bertentangan dengan kontrak sosial politik yang dibangun pendiri Negara ini, dimana semua warga Negara diperlakukan sama di depan hokum,” kata Maria Anna Soe.

Menurut Bernadeta Djawa, begitu mendengar penjelasan dari Maria Anna Soe, masyarakat Turekisa kaget. Ternyata ada partai politik yang didirikan oleh putra dan putri Flores yang memperjuangkan keadilan dan perlindungan terhadap orang kecil.

Menjawab pertanyaan peserta dialog Pietche Ranitoa apakah kewenangan lebih besar di partai atau anggota dewan, dijelaskan oleh Anna Soe, di PKDI kewenangan yang paling besar di partai. Anggota dewan dari PKDI harus memperjuangkan visi dan misi partai.*
Selengkapnya...

Fashion dan Informasi untuk Perempuan Positif HIV

Oleh Marcela Valente
Sindikasi Pantau

MAJALAH terbitan International Community of Women Living with HIV/AIDS (ICW) di Amerika Latin dan Karibia tampil modern dan penuh warna. Ia bukan hanya menyediakan informasi tapi juga tulisan mengenai fashion dan hiburan. Desainnya ramping, bisa dimasukkan dalam tas perempuan.

"Majalah-majalah di ruang tunggu dokter biasanya menempatkan perempuan penderita HIV sebagai korban, yang menjalani kehidupan tragis. Tapi majalah ini mewartakan kegembiraan, penuh energi, dan hidup yang sehat tanpa rokok, memperhatikan sistem kekebalan tubuh mereka," ujar Maria Mansilla, editor yang bertanggung jawab atas konten majalah No estás sola (Kamu Tak Sendirian) kepada IPS.

Nama majalah ini berasal dari slogan salah satu kampanye ICW Latina dengan target perempuan hamil penderita HIV, yang sering merasa sendirian ketika menghadapi sistem medis yang acuh tak acuh atau bahkan bermusuhan.

Ide awalnya menyediakan mereka informasi bagaimana mencegah penularan virus AIDS dari ibu ke bayinya. Juga mengajak perempuan yang mengalami kondisi tersebut bergabung dengan jaringan mereka.

"Melalui majalah ini, kami berusaha menghindari pendekatan cengeng, yang hanya menyediakan ruang pengaduan atau perspektif medis-ilmiah," ujar Mansilla.
"Kami ingin bercerita bagaimana gadis-gadis di berbagai negara mempersiapkan pesta ulang tahun ke-15 mereka, seperti juga tentang kurangnya lapangan kerja. Kami punya pembaca yang didiagnosis menderita AIDS 20 tahun lalu dan yang baru. Sehingga materi majalah harus seimbang, dan bersama-sama kami buat."

Majalah ini dirilis akhir Februari lalu. Ia sudah didistribusikan di 20 negara Amerika Latin, tempat ICW Latina memiliki sejumlah cabang. Majalah ini merupakan buah sekretariat regional, yang dipimpin aktivis Argentina Patricia Pérez.
ICW didirikan dengan level global pada 1992 untuk merespons kurangnya dukungan, pelayanan, dan informasi bagi perempuan penderita HIV/AIDS, dan untuk memperjuangkan hak-hak mereka. Organisasi ini memiliki perwakilan di berbagai wilayah, dipimpin dan didirikan oleh para perempuan penderita HIV.

Fokus utama program ICW Latina adalah melawan stereotipe.

Dua tahun lalu, mereka mengejutkan opini global ketika menerbitkan sebuah laporan, dengan dukungan dari Dana PBB untuk Anak-Anak (UNICEF), mengenai perempuan-perempuan muda dan dewasa pengidap HIV/AIDS di wilayah itu, yang memberikan kesaksian bagaimana menghadapi hasil didiagnosis.

Tujuan laporan itu melawan "kesendirian, stigma, dan diskriminasi."

Kini, majalah No estás sola akan jadi terbitan tiga bulanan, meski di masa mendatang bisa terbit lebih sering, ujar Daniel Barberis, wartawan yang juga jadi petugas bagian media ICW Latina, kepada IPS.

"Hidup kami cenderung digambarkan dalam stereotipe-stereotipe tertentu, dicap hitam, dengan nada yang tragis," tulis editorial edisi pertama.
Yang perlu ditekankan adalah kebutuhan informasi terbaru, agar "menikmati hidup dengan baik dan sehat."

"Informasi adalah hak," ujar pemimpin redaksi, Patricia Pérez.

Dengan sampul penuh warna bergambar seorang perempuan muda menatap jauh ke arah lautan, No estás sola membukanya dengan pernghormatan kepada keluarga dan teman-teman pengidap HIV, "orang-orang yang mendampingi, membantu menjalani hidup, menyelami dan menghadapi hasil diagnosis," sembari menekankan pentingnya "dukungan kasih sayang" bagi orang-orang dalam situasi semacam ini.

Tulisan itu menceritakan situasi yang dihadapi perempuan dan anggota keluarga mereka. Tulisan didukung sejumlah studi ilmiah yang menunjukkan pentingnya dukungan semacam itu untuk membantu perawatan. Dihiasi pula dengan foto-foto fotografer Prancis, Joelle Dollé, yang sebelumnya pernah dipamerkan di Prancis dan Spanyol.
Foto-foto itu memperlihatkan dua atau tiga orang, yang tersenyum dan tampak sehat, bersama nama pertama dan profesi mereka. Dijelaskan bahwa salah satu dari mereka mengidap HIV. Tapi sulit menentukan yang mana.

Majalah ini juga memiliki rubrik untuk perempuan muda dan dewasa. Para remaja yang ambil bagian dalam pertemuan yang digagas ICW Latina mengutarakan harapan dan keinginan mereka, "agar tak didiskriminasikan", "agar masalah HIV/AIDS didiskusikan di setiap sekolah", "agar bisa membantu para perempuan itu tak terjebak dalam keputusasaan."

Perajin perhiasan asal Uruguay Maureen Brenson bicara mengenai kehidupannya. Dia menjawab berbagai pertanyaan pendek tentang kesulitan yang dihadapinya, juga pekerjaan dan mimpi-mimpinya. Salah satu pertanyan yang diajukan adalah, "Apa yang akan Anda lakukan seandainya memenangi lotere?"

Mansilla mengatakan, ICW Latina mengundang para profesional media dan desain untuk membantu mengerjakan majalah itu, yang disebutnya bukan hal yang biasa dilakukan LSM.
"Tujuannya bukanlah memproduksi sebuah penerbitan yang menunjukkan apa kegiatan organisasi kami, tapi membuat sarana baru untuk menjalankan tugas kami," ujarnya.

"Perempuan yang bergabung dalam jaringan ini adalah aktivis akar rumput, tanpa pengalaman organisasi, dan kini mereka bisa berbuat sesuatu. Banyak di antara mereka adalah para pemimpin yang mencoba menyalurkan pesan-pesan secara kreatif, berbeda, dengan musik, lagu, dan komitmen seniman," ujarnya.

"Ini cara nonkonvensional untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan publik."
Majalah itu juga memuat wawancara dengan Eugenia Podestá, koordinator regional Vital Voices, LSM internasional yang didirikan pada 1997 oleh Hillary Clinton (sekarang Menteri Luar Negeri AS) saat menjadi ibu negara. LSM ini bertujuan melatih dan memberdayakan para pemimpin perempuan di seluruh dunia.

Edisi pertama No estás sola juga memiliki rubrik surat kepada redaksi, konsultasi kesehatan; mulai pendekatan nontradisional hingga bermacam kotak obat-obatan, artikel kesehatan, dan bahkan fashion.
Desainer Argentina Maria Cher memberikan saran praktis bagaimana membuat baju terbaik untuk menyiasati perubahan bentuk tubuh, yang seringkali terjadi akibat efek samping konsumsi kombinasi obat-obat antiretrovial.

Efek samping umumnya adalah lipodystrophy, yang menyebabkan distribusi lemak tubuh tak wajar. Gejalanya perut dan dada membengkak, tapi kehilangan jaringan lemak di wajah, lengan, dan kaki.

Cher memberikan ide-ide bagi perempuan itu agar terlihat modis, dan tetap merasa nyaman dengan perubahan tubuh mereka.*
Selengkapnya...

Sakitnya Dikhianati

Oleh Reginald Piperno Pr


Pengalaman yang paling menyakitkan dalam kehidupan kita ialah pengalaman dikhianati. Apalagi jika pengkhianatan itu datang dari orang-orang yang sangat dekat dengan kita, orang-orang yang sangat dipercayai dan dikagumi, orang-orang yang sangat kita cintai atau pun dari orang-orang yang telah menjadi bagian dari belahan jiwa kita. Entah pengkhianatan itu datang dari sang suami, dari sang istri maupun dari kekasih yang sangat dicintai.

Pengalaman semacam ini seringkali meninggalkan rasa trauma yang mendalam bagi orang-orang yang dikianati. Apalagi jika pengkhianatan itu terjadi di depan mata kita. Sakit memang! Tapi apa mau dikata jika semuanya sudah terjadi. Cuma kata “Tiada maaf bagimu” yang bisa kita ungkapkan sebagai tanda kekesalan, kekecewaan dan rasa sakit hati. Memang benar kalau ada ada orang yang mengatakan bahwa “Pengkhianatan lebih kejam dari membunuh”.

Pengalaman dikianati juga dialami oleh Yesus. Ia dikhianati bukan oleh orang-orang farisi dan para ahli taurat yang selalu berseberangan dengan Dia selama hidupNya, bukan juga dari para penguasa bangsa Yahudi yang sering melihat Yesus sebagai batu sandungan bagi mereka dalam melaksanakan kekuasaannya, melainkan pengkhianatan itu datang dari “orang dalam”, datang dari orang dekat Yesus sendiri yakni Yudas Iskariot. Sebagai seorang bendahara dalam kelompok Yesus, Yudas tentu sangat dekat dengan Yesus. Ia sangat dipercaya oleh Yesus. Namun kepercayaan dibalas dengan pengkhianatan. Sebagai manusia, Yesus tentu merasa sakit. Sakit karena dikhianati oleh sahabat dan teman dekatNya sendiri. Sakit karena nyawaNya diobral dengan sangat murah yakni tiga puluh keping perak. Namun demi terlaksananya kehendak BapaNya, maka Yesus menerima pengkhianatan ini dengan penuh ketabahan dan kepasrahan diri. Ia tahu bahwa semua itu mesti terjadi atas diriNya sesuai dengan yang dikehendaki oleh BapaNya.

Injil Minggu Palem, mengetengahkan kepada kita tentang kisah sengsara yang dialami oleh Yesus, mulai dari taman Zaitun hingga ke puncak kalvari. Sebuah perjalanan yang berlinangkan air mata, berteteskan darah dan bertaburkan cacian dan umpatan. Orang-orang dekat Yesus satu persatu mulai pergi meninggalkan Dia. Petrus sang wadas yang sebelumnya menggebu-gebu untuk membela Yesus hingga tetes darah penghabisan, akhirnya tak berdaya di hadapan seorang wanita penjaga istana. Ia orang pertama yang kemudian mengkhianati Yesus. Ketika penjaga istana itu bertanya kepadanya, “Apakah engkau juga murid orang itu? Petrus dalam nada ketakutan berkata, “Aku tidak mengenal orang itu”. Cuma Maria ibuNya dan Yohanes murid kesayanganNya yang menyaksikan dari jauh seluruh peristiwa perjalanan Salib Yesus hingga ke puncak Golgota.

Godaan yang berujung pada pengkhianatan selalu terjadi di saat kita lengah, di saat kita lemah dan tak berdaya, di saat kita terombang-ambing dalam ketakpastian, di saat kita dikuasai oleh rasa takut. Petrus akhirnya mengkhianati Yesus karena dilanda rasa takut terhadap seorang wanita penjaga istana. Begitupun Yudas terpaksa mengkhianati Yesus karena tidak tahan terhadap godaan materi yakni uang.

Pengalaman kehidupan kita juga telah menunjukkan bahwa pengkhianatan sering terjadi karena kita tidak mampu mengendalikan diri kita. Seorang suami begitu gampang mengkhianati kesetiaan kepada istrinya karena tidak mampu mengendalikan diri.

Begitupun seorang istri, begitu mudah meninggalkan suaminya lantaran karena lemahnya pengendalian diri. Para imam, biarawan-biarawati akhirnya mengkhianati kesetiaan dan kaul-kaul kebiaraannya karena tidak mampu mengekang diri terhadap berbagai tawaran duniawi. Para pejabat juga begitu mudah mengkhianati sumpah dan janjinya kepada masyarakat karena tergoda akan kekayaan, nama besar dan kenikmatan duniawi.

Pengkhianatan-pengkhianatan semacam ini tidak mungkin terjadi kalau kita mampu mengendalikan diri, kita mampu menahan diri untuk tidak terlalu gampang tergoda dengan berbagai tawaran yang menggiurkan.

Selain itu, pengkhianatan juga tidak mungkin kita alami kalau kita tidak tunduk pada ketakutan. Kalau kita mampu mengendalikan diri, tidak tunduk pada rasa takut maka saya yakin berbagai pengkhianatan akan dapat diminimalisasi. Namun kalau kita tidak mampu mengendalikan diri dan pasrah pada ketakutan, maka sahabat, orang-orang dekat ataupun keluarga sendiripun akan kita khianati. Pengalaman pengkhianatan terhadap Yesus yang dilakukan oleh murid-muridNya, hendaknya menjadi pengalaman kita bersama. Karena kita seringkali dikhianati bukan oleh orang lain, tapi justru oleh orang-orang dekat, sahabat, orang-orang yang sangat kita percaya bahkan keluarga kita sendiri.

Pekan suci tahun ini akan kita lewati dalam nuansa yang agak lain, karena bersamaan dengan umat Kristen memasuki hari-hari berahmat ini, negara kita melaksanakan hajatan demokrasi lima tahunan yakni Pemilu legislatif. Masa-masa kempanye yang bertaburan janji-janji muluk dan tebar pesona dari para kandidat legislatif telah kita alami. Pengalaman dari pemilu ke pemilu selalu sama, janji-janji dari para calon legislatif hanya sebatas janji-janji muluk yang tak pernah terrealisasi. Sudah terlalu sering rakyat dikhianati. Sebagai rakyat kita tentu sakit. Karena itu kita diajak untuk tidak gampang tergoda dengan janji-janji muluk para kandidat, sebab semakin banyak janji, semakin besar pula peluang untuk mengkhianatinya.

Sebagai rakyat kita sudah mengalami bagaimana sakitnya dikhianati oleh para wakil kita. Selama masa kempanye kita disanjung bagai raja, tapi ketika duduk di kursi dewan, kita rakyat dilupakan bahkan dikhianati. Seperti orang-orang Yahudi yang menyanjung-nyanjung Yesus dengan teriakan , “Hosana Putera Daud !” ketika Ia memasuki kota Yerusalem, tapi kemudian mereka itulah yang balik berteriak, “Salibkanlah Dia, Salibkanlah Dia!” Begitu pun kita rakyat dipuja dan disanjung-sanjung ketika mereka membutuhkan suara kita tapi kemudian dilupakan dan diabaikan begitu saja ketika apa yang mereka inginkan sudah terwujud.

Tragis memang ! Habis manis sepah dibuang. Karena itu agar kita tidak dikhianati untuk kesekian kalinya, kritis dan bijak dalam memilih wakil-wakil kita yang akan duduk dikursi dewan adalah hal yang paling penting. Cukup sudah kita dikibuli dengan janji-janji manis.

Pekan suci yang akan kita alami dalam hari-hari ke depan ini adalah saat dimana kita kembali diajak untuk membangun komitmen kesetiaan kita kepada Kristus Sang Raja yang taat sampai mati. Komitmen kesetiaan itu harus kita tunjukkan dalam tindakan-tindakan konkret kita dalam kehidupan ini.

Setia terhadap janji-janji dan sumpah yang telah kita ucapkan, adalah wujud nyata dari kesetiaan kita kepada Kristus. Yesus sudah dikhianati oleh para muridNya, karena itu kita diajak untuk tidak memperpanjang deretan para pengkhianat Yesus dengan sikap dan tingkah laku kita dalam kehidupan ini. Pengkhianatan lebih kejam dari membunuh, karena itu agar kita tidak dikhianati maka belajarlah untuk tidak mengkhianati sesama kita.
Selengkapnya...

BENTARA: Gonggong Lalu Gigit

Kasus Tambang Mangan di Hutan Lindung Manggarai

Oleh Frans Anggal

Dalam sepekan, Flores Pos menurunkan berurut-turut tiga berita tentang tambang mangan di Kedindi, Manggarai, yang dilakukan PT Sumber Jaya Asia (SJA). Berita pertama, Bupati Manggarai Christian Rotok mencabut izin operasi kuasa pertambangan itu karena eksploitasi dilakukan dalam kawasan hutan lindung. Berita kedua, PT SJA tidak mengantongi surat izin pinjam pakai kawasan hutan dari menteri kehutanan. Demikian isi surat menteri kehutanan kepada gubernur NTT. Berita ketiga, PT SJA tetap melakukan eksploitasi meski izin operasinya sudah dicabut.

Orang di Manggarai mengenal istilah “menang di atas kertas”. Istilah ini lahir 1990-an ketika perang tanding berebut tanah komunal (lingko) sedang marak. “Menang di atas kertas” dimaknakan sebagai ‘menang semu’ di pengadilan, karena de facto pihak yang “kalah di atas kertas” tetap menguasai objek sengketa. Eksekusi sulit karena yang “kalah di atas kertas” bertahan di tempat, mempertaruhkan nyawa. Yang datang mengganggu dianggap sebagai “hama” yang harus “dibasmi”. Tindakan main hakim sendiri ini dikenal dengan sebutan “vonis di tempat”, sebagai lawan dari “vonis di pendadilan”.

Boleh jadi, PT SJA bersikap seperti itu. Memandang keputusan Bupati Rotok sebagai lembaran kertas belaka. Vonis pencabutan izin operasi yang dijatuhkan Bupati Rotok cuma vonis di atas kertas. Bupati Rotok hanya menang di atas kertas. Bukan di atas lokasi tambang. Maka, eksploitasi jalan terus. Anjing menggonggong, kafilah berlalu.

Pertanyaan kita: mengapa kafilah tetap berlalu meski ada anjing menggonggong? Mungkin, dari pengalaman dan kebiasaan, kafilah sudah mengenal sifat anjing.Menggonggong pertanda tak akan menggigit. Bisa juga, menggonggong pertanda takut menggigit. Atau, kafilah tahu kelemahan anjing. Lemparkan sebatang tulang maka anjing akan diam dan asyik mengunyah. Kalau anjingnya banyak, tidak soal. Anjing-anjing itu akan saling mencabik berebut tulang. Kafilah pun senantiasa aman berlalu.

Untuk menghentikan kafilah berlalu, menggonggong saja tidak cukup. Salah-salah, menggonggong dianggap sebagai isyarat meminta tulang. Menggonggong mesti diikuti dengan menggigit. Surat pencabutan izin operasi kuasa pertambangan PT SJA harus ditindaklanjuti dengan eksekusi lapangan. Dasarnya sangat kuat.

Dengan dicabutnya izin operasi oleh bupati maka PT Sumber Jaya Asia kehilangan salah satu prasyarat vital eksploitasi. Pencabutan izin operasi ini memperkuat ketidakabsahan ekspliotasi. Sebab, sebelumnya kuasa pertambangan ini juga tidak mengantongi surat izin pinjam pakai kawasan hutan dari menteri kehutanan.

Kita berharap, setelah menggonggong, Bupati Rotok berani menggiggit. Dengan cara yang dibenarkan hukum dan moral.

“Bentara” FLORES POS, Sabtu 4 April 2009


SENGGOL

Alex Longginus, tahanan kota, sakit, tapi bernyanyi saat kampanye.
Mungkin satu bentuk terapi.

Longginus bernyanyi dan berjoget, disesalkan oleh PN Maumere.
Dipuja-puji oleh pendukung.

Siapa yang bertanggung jawab? PN dan Kejari Maumere saling elak.
Nah! Disesalkan oleh rakyat.

Om Toki

Selengkapnya...