Oleh Hubert Uman
BAJAWA - Menurut Pemda Ngada dan Geologi Bandung, semburan lumpur panas di sumur panas bumi Daratei-Mataloko tidak apa-apa. Tidak ada dampak negatifnya. Karena itu pemerintah masa bodoh. Keluhan warga tidak ditanggapi. Tetapi kenyataannya lain. Seng atap rumah warga banyak rusak. Hewan dan tanaman banyak yang mati, dan ada sejumlah warga yang menderita penyalit kulit.
“Kami minta Dewan mendesak pemerintah Kabupaten Ngada segera mengatasi masalah di Daratei. Proyek ini sudah menyengsarakan rakyat. Sekarang warga mau lari salah-salah,”kata tokoh masyarakat Kelurahan Todabelu Kecamatan Bajawa Dominikus Wogo saat berdialog dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Ngada, Senin (10/2).
Senada dengan Dominikus Wogo, warga Kelurahan Todabelu Thadeus Watu yang rumahnya di Daratei kepada Flores Pos mengatakan, Pemda Ngada selama ini tidak pusing dengan penderitaan warga di Daratei dan sekitarnya. Setiap kali petugas pemerintah kabupaten turun, warga selalu mengeluh. Keluhan warga sama sekali tidak ditanggapi.
Staf Kecamatan Golewa Ida Longa juga mengatakan, warga di Daratei sekarang tambah resah akibat munculnya asap panas yang muncul di dua rumah milik Kristina Buku dan Theresia Bate.
“Benar. Sejak beberapa hari yang lalu asap panas keluar dari dua rumah warga di Daratei. Pemerintah kecamatan sudah mendapatkan laporan dan sudah turun ke Daratei. Rumah warga yang keluar asap panas itu jaraknya 200 meter dari sumur empat yang tidak dipakai, ”kata Ida Longa di Kantor Bupati Ngada, Senin (9/2).
Menurut Ida Longa, sejak asap panas keluar pemilik kedua rumah untuk sementara tinggal di rumah keluarga mereka di kampung.
Asisten I Setda Ngada Elias Djo mengatakan, asap atau uap panas yang keluar dari rumah warga di Daratei, pihaknya belum mendapat laporan dari pemerintah kecamatan.
“Selama ini saya keluar terus. Asap yang keluar di rumah warga di Mataloko itu belum ada laporan,” kata Elias Djo, Selasa (10/2), di ruang kerjanya.
Angggota DPRD Ngada Martina Bupu asal Daratei, pada waktu berdialog dengan mahasiswa dan warga Todabelu dan Desa Ratogesa mengatakan, masalah dampak negatif panas bumi Mataloko sudah sering dibicarakan Dewan. Sudah disampaikan kepada pemerintah dalam sidang-sidang dewan.
“Dewan bukan tidak peduli dengan penderitaan warga. Hanya selama ini pemerintah anggap masalah di Daratei ini hal yang biasa. Dewan tetap mengharapkan agar pemerintah cepat atasi masalah ini. Apalagi sekarang sudah muncul asap dan uap di rumah-rumah warga,”kata Kristina Bupu.*
Selengkapnya...
10 Februari 2009
Keluhan Warga Daratei Tidak Ditanggapi
Seminggu Kapal Barang Tidak Masuk Ende
Oleh Yusvina Nona
ENDE - Sudah seminggu pelayaran dihentikan sementara karena badai Fredy di perairan Australia. Namun hal ini tidak mempengaruhi harga sembilan bahan pokok (sembako) di Kabupaten Ende.
Beberapa pedagang yang ditemui di pasar Mbongawani , Selasa (10/2) mengatakan harga sembako masih normal.
“Meski stok mulai menipis, tapi kita masih menjualnya dengan harga normal. Minyak goreng bimoli ukuran 5 liter 1 dos isi 4 buah masih dengan Rp210 ribu, gula pasir ukuran 50 kg Rp335 ribu, beras bramo ukuran 50 kg Rp265 ribu. Harga-harga ini selalu variasi. Kalau naik, naiknya sedikit dan kalau turun, turunnya juga sedikit. Masih normal lah,” kata Mardiana Usman, pemilik kios Wahyu.
Dia menambahkan, beberapa barang sembako seperti minyak goreng bimoli, di beberapa distributor besar stok sudah mulai kosong.
Selain harga beras, gula, minyak goreng, harga telur ayam juga masih normal. Pengakuan Kanisius Ch. Sedha, pemilik kios Putra Putri, meski pasokan telur ayam dari Surabaya via Maumere berkurang, telur ayam masih dijual berkisar Rp28 ribu hingga Rp30 ribu per rak (isi 30 butir). Sedangkan telur ayam produksi Ende seharga Rp31 ribu per rak.
“Karena cuaca kurang baik ini dan mengingat kapal belum bisa berlayar, stok telur ayam dari Surabaya ini kita jual seharga Rp30 ribu per rak. Sedangkan telur ayam Ende harga tetap Rp31 ribu per rak,“katanya.
Kanisius mengatakan, persediaan sembako masih cukup meski pelayaran terhenti selama dua minggu. Namun dia khawatir hanya mengenai persediaan telur.
“Musim begini, ikan di kota Ende kosong. Ikan yang datang dari Maumere pun terbatas. Orang mulai melirik ke telur ayam. Satu minggu ini saja, saya habiskan penjualan telur ayam dari Surabaya hampir 55 ikat. Satu ikat 6 rak telur ayam. Kalau untuk stok telur ayam Ende memang masih cukup, tapi permintaan pun semakin banyak. Untuk mengimbangi ini, kita penuhi dengan telur ayam Surabaya,“ katanya.
Mengapa telur Ende lebih mahal dari telur yang didatangkan dari Surabaya, Kanisius mengatakan selain memiliki kualitas baik, artinya tidak membutuhkan waktu berhari-hari untuk mendapatkannya, makanan ayam itu sendiri didatangkan dari Pulau Jawa.
“Faktor makanan juga mempengaruhi harga telur ayam kota Ende,”katanya.
Secara terpisah Jhony Rasyid, selaku pengusaha yang menyediakan jasa dan tenaga kerja pelabuhan mengatakan, peringatan untuk tidak berlayar mempengaruhi stok kebutuhan masyarakat Kabupaten Ende.
Persediaan kebutuhan untuk Kabupaten Ende mulai menipis. Mudah-mudahan kondisi ini, kata Jhony, tidak dimanfaatkan oleh para pedagang besar melakukan spekulasi harga barang.
“Kita ini kena imbas badainya saja. Tapi tidak usah khawatir, karena selepas badai ini dan cuaca kembali normal, akan ada banyak kapal barang yang masuk di dua pelabuhan kita baik sembako maupun bahan kebutuhan bangunan lainnya. Kita lihat tanggal 14-15 Februari nanti, pelabuhan kita akan penuh sesak dengan kapal-kapal barang yang membawa kebutuhan untuk masyarakat Kabupaten Ende,”katanya menambahkan kapal yang siap masuk nanti dari Surbaya dan Makasar-Ujung Pandang. Dari Surabaya untuk kebutuhan terigu dan dari Makasar, beras dan semen.
Dia juga mengatakan kapal-kapal kayu cukup menguasai dua pelabuhan di Ende. Pasalnya satu kapal kayu saja kapasitas muatannya kurang lebih 200 ton.
Tidak Beroperasi
Sementara itu Wal Abulat, wartawan Flores Pos di Maumere melaporkan ratusan kapal motor penumpang dan kapal penangkapan ikan di Kabupaten Sikka tidak beroperasi sepekan terakhir menyusul cuaca yang terus memburuk.
Pantauan Flores Pos dalam dua hari terakhir, sekitar 75 kapal motor berlabuh di Pelabuhan Wuring, 50 kapal berlabuh di Sadang Bui, dan belasan diamankan pemiliknya di sepanjang pantai utara Kota Maumere.
Dul salah seorang pemilik kapal motor jurusan Maumere-Pemana di Pelabuhan Sadang Bui, Selasa (10/2) mengaku kapal penumpang miliknya sudah tidak beroperasi sejak pekan lalu.
“Cuaca buruk akibat angin kencang dan gelombang setinggi 2 meter berisiko bagi kapal motor. Pemilik kapal sepakat untuk tidak mengoperasikan kapal hingga cuaca kembali normal,” kata Dul.
Nasrul, pemilik kapal ikan di Pelabuhan Wuring, Senin (9/2) mengatakan, kapalnya tidak bisa melakukan penangkapan ikan karena cuaca buruk.
Baik Dul, maupun Nasrul mengaku situasi ini membuat mereka rugi sekitar Rp 5 juta hingga Rp10 juta dalam sepekan.
“Biasanya dalam kondisi cuaca baik, penghasilan yang saya peroleh dari tangkapan ikan dalam sepekan sekitar Rp5 juta hingga Rp10 juta. Dalam sepekan terakhir, saya tidak mendapat masukan sedikit pun,” kata Nasrul.
Kepala Dinas Perhubungan, Informasi, dan Komunikasi Kabupaten Sikka, Robby Lameng secara terpisah menjelaskan pemerintah telah meminta para pemilik kapal tidak mengoperasikan jasa angkutannya hingga cuaca membaik.
“Cuaca perairan NTT dan Sikka masih memburuk. Manajemen kapal penumpang atau pun kapal ikan jangan dulu mengoperasikan armada kapalnya,” kata Lameng.
Selengkapnya...
Mantan Pegawai PD Purin Lewo Ditahan
Oleh Maxi gantung
LEWOLEBA - Ignas Hurek Making, mantan pegawai Perusahaan Daerah (PD) Purin Lewo ditahan Kejaksaan, Selasa (10/2) dan dititipkan di ruang tahanan Polres Lembata.
Salah satu pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) II Partai Golkar Kabupaten Lembata ini mengenakan baju kemeja batik menggunakan sepeda motor bebek supra X menuju Kejaksaan.
Dia tiba di sana pkl. 10.00. Diterima Kasi Intel Yohanes Lebe Unaraja dan Kasi Pidsus, Arif Kanahau. Sekitar dua jam lebih berada di Kejaksaan, dia tandatangani surat penahanan. Dia ditahan di Polres Lembata.
Saat keluar dari ruangan, wartawan mencoba mengambil gambar tersangka, namun tersangkan minta supaya jangan mengambil gambar dan tidak perlu dimuat.
Kepala Kejaksaan Negeri Lewoleba, Gabriel Mbulu yang didamping Kasi Intel Yohanes Lebe Unaraja dan Kasi Pidsus Arif Kanahau kepada wartawan di ruang kerjanya mengatakan, tersangka ditahan karena diduga melakukan tindak pidana korupsi.
Kasus ini, katanya, melibatkan mantan Direktur PD Purin Lewo Simon Wadin dan stafnya, Agus Baro Wuran.
Gabriel mengatakan, kasus PD Purin agak terlambat ditangani karena Kejaksaan sulit menemukan alamat mantan Direktur PD Purin lewo Simon Wadin yang saat ini tinggal di Kupang. Kejaksaan sudah tahu alamatnya dan dia sudah dipanggil.
Soal kerugian negara atau daerah dalam kasus ini, kata Mbulu, baru akan diungkapkan dalam persidangan oleh Jaksa Penuntut Umum. Demikian pula pasal yang dikenakan pada tersangka.
Kasi Intel Yohanes Lebe Unaraja mengatakan tersangka ditahan selama 20 hari terhitung 10 Februari hingga 1 Maret 2009. Namun penahanan bisa diperpanjang jika berkas dakwaan jaksa belum rampung.
Beberapa kasus lagi sedang ditangani kejaksaan seperti kasus proyek lantaisasi, kasus dana kesehatan DPRD periode 1999-2004 dan kasus korupsi di Perusahaan Daerah Purin Lewo, dan beberapa kasus dugaan korupsi lainnya yang masih dalam tahap pengumpulan bahan dan keterangan (Pulbaket).*
Selengkapnya...
Keluarga Romo Faustin Tolak Autopsi
Oleh Wall Abulat
MAUMERE - Keluarga Romo Faustin Sega Pr menolak permintaan Kapolres Ngada untuk mengautopsi jenazah almarhum. Keluarga menilai autopsi yang dilakukan polisi hanya sebagai tameng untuk mempercepat penghentian penyidikan kasus itu.
Sikap keluarga ini disampaikan adik kandung Romo Faustin Sega Pr, Carles Baba, Selasa (10/2).
Carles mengaku keluarga sudah sepakat untuk tidak merestui permintaan autopsi sebelum Polres Ngada memberikan kesimpulan sementara atas kematian itu, dan secara transparan mengumumkan apa yang sudah dilakukan polisi selama ini kepada keluarga, gereja, umat dan masyarakat luas.
“Sebab hingga saat penanganan kasus ini di tingkat Polres Ngada tidak ada titik terangnya atau tidak ada kejelasannya. Kalau polisi belum mengumumkan perkembangan penanganan kasus ini secara transparan, maka keluarga tidak mengizinkan untuk dilakukan autopsi. Ini sikap keluarga,” katanya.
Keluarga Romo Faustin juga minta Polres Ngada agar dalam membongkar kasus ini mempertimbangkan juga pelbagai masukan dari tim investigasi, baik tim Justice, Peace, and Integrity of Creation (JPIC) Keuskupan Agung Ende, maupun hasil investigasi Tim Pencari Fakta (TPF).
“Hasil temuan tim ini harus dijadikan referensi atau bahan pembanding demi mempercepat proses pengungkapan fakta di balik kematian Rm Faustin,” kata Carles.
Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) Petrus Selestinus dalam acara jumpa wartawan di Maumere baru-baru ini mendukung sikap Keuskupan Agung Ende dan keluarga yang belum mengizinkan pelaksanaan autopsi sebagaimana yang diajukan Polres Ngada.
Selestinus mengaku pihaknya memahami sikap gereja dan keluarga sebagai ekspresi ketidakpuasan atas kinerja penyidik.
“Apalagi untuk beberapa kasus, upaya autopsi malah menutup langkah keluarga korban untuk mengungkapkan kebenaran dan keadilan. Dengan dikeluarkannya autopsi, maka dengan sendidi upaya proses hukum kasus tertentu tertutup. Kecemasan ini juga menjadi pertimbangan gereja dan keluarga untuk tidak mengizinkan dilakukan autopsI,” kata Selestinus.*
Selengkapnya...