10 Februari 2009

Seminggu Kapal Barang Tidak Masuk Ende

Oleh Yusvina Nona

ENDE - Sudah seminggu pelayaran dihentikan sementara karena badai Fredy di perairan Australia. Namun hal ini tidak mempengaruhi harga sembilan bahan pokok (sembako) di Kabupaten Ende.
Beberapa pedagang yang ditemui di pasar Mbongawani , Selasa (10/2) mengatakan harga sembako masih normal.

“Meski stok mulai menipis, tapi kita masih menjualnya dengan harga normal. Minyak goreng bimoli ukuran 5 liter 1 dos isi 4 buah masih dengan Rp210 ribu, gula pasir ukuran 50 kg Rp335 ribu, beras bramo ukuran 50 kg Rp265 ribu. Harga-harga ini selalu variasi. Kalau naik, naiknya sedikit dan kalau turun, turunnya juga sedikit. Masih normal lah,” kata Mardiana Usman, pemilik kios Wahyu.
Dia menambahkan, beberapa barang sembako seperti minyak goreng bimoli, di beberapa distributor besar stok sudah mulai kosong.
Selain harga beras, gula, minyak goreng, harga telur ayam juga masih normal. Pengakuan Kanisius Ch. Sedha, pemilik kios Putra Putri, meski pasokan telur ayam dari Surabaya via Maumere berkurang, telur ayam masih dijual berkisar Rp28 ribu hingga Rp30 ribu per rak (isi 30 butir). Sedangkan telur ayam produksi Ende seharga Rp31 ribu per rak.
“Karena cuaca kurang baik ini dan mengingat kapal belum bisa berlayar, stok telur ayam dari Surabaya ini kita jual seharga Rp30 ribu per rak. Sedangkan telur ayam Ende harga tetap Rp31 ribu per rak,“katanya.
Kanisius mengatakan, persediaan sembako masih cukup meski pelayaran terhenti selama dua minggu. Namun dia khawatir hanya mengenai persediaan telur.
“Musim begini, ikan di kota Ende kosong. Ikan yang datang dari Maumere pun terbatas. Orang mulai melirik ke telur ayam. Satu minggu ini saja, saya habiskan penjualan telur ayam dari Surabaya hampir 55 ikat. Satu ikat 6 rak telur ayam. Kalau untuk stok telur ayam Ende memang masih cukup, tapi permintaan pun semakin banyak. Untuk mengimbangi ini, kita penuhi dengan telur ayam Surabaya,“ katanya.
Mengapa telur Ende lebih mahal dari telur yang didatangkan dari Surabaya, Kanisius mengatakan selain memiliki kualitas baik, artinya tidak membutuhkan waktu berhari-hari untuk mendapatkannya, makanan ayam itu sendiri didatangkan dari Pulau Jawa.
“Faktor makanan juga mempengaruhi harga telur ayam kota Ende,”katanya.
Secara terpisah Jhony Rasyid, selaku pengusaha yang menyediakan jasa dan tenaga kerja pelabuhan mengatakan, peringatan untuk tidak berlayar mempengaruhi stok kebutuhan masyarakat Kabupaten Ende.
Persediaan kebutuhan untuk Kabupaten Ende mulai menipis. Mudah-mudahan kondisi ini, kata Jhony, tidak dimanfaatkan oleh para pedagang besar melakukan spekulasi harga barang.
“Kita ini kena imbas badainya saja. Tapi tidak usah khawatir, karena selepas badai ini dan cuaca kembali normal, akan ada banyak kapal barang yang masuk di dua pelabuhan kita baik sembako maupun bahan kebutuhan bangunan lainnya. Kita lihat tanggal 14-15 Februari nanti, pelabuhan kita akan penuh sesak dengan kapal-kapal barang yang membawa kebutuhan untuk masyarakat Kabupaten Ende,”katanya menambahkan kapal yang siap masuk nanti dari Surbaya dan Makasar-Ujung Pandang. Dari Surabaya untuk kebutuhan terigu dan dari Makasar, beras dan semen.
Dia juga mengatakan kapal-kapal kayu cukup menguasai dua pelabuhan di Ende. Pasalnya satu kapal kayu saja kapasitas muatannya kurang lebih 200 ton.

Tidak Beroperasi
Sementara itu Wal Abulat, wartawan Flores Pos di Maumere melaporkan ratusan kapal motor penumpang dan kapal penangkapan ikan di Kabupaten Sikka tidak beroperasi sepekan terakhir menyusul cuaca yang terus memburuk.
Pantauan Flores Pos dalam dua hari terakhir, sekitar 75 kapal motor berlabuh di Pelabuhan Wuring, 50 kapal berlabuh di Sadang Bui, dan belasan diamankan pemiliknya di sepanjang pantai utara Kota Maumere.
Dul salah seorang pemilik kapal motor jurusan Maumere-Pemana di Pelabuhan Sadang Bui, Selasa (10/2) mengaku kapal penumpang miliknya sudah tidak beroperasi sejak pekan lalu.
“Cuaca buruk akibat angin kencang dan gelombang setinggi 2 meter berisiko bagi kapal motor. Pemilik kapal sepakat untuk tidak mengoperasikan kapal hingga cuaca kembali normal,” kata Dul.
Nasrul, pemilik kapal ikan di Pelabuhan Wuring, Senin (9/2) mengatakan, kapalnya tidak bisa melakukan penangkapan ikan karena cuaca buruk.
Baik Dul, maupun Nasrul mengaku situasi ini membuat mereka rugi sekitar Rp 5 juta hingga Rp10 juta dalam sepekan.
“Biasanya dalam kondisi cuaca baik, penghasilan yang saya peroleh dari tangkapan ikan dalam sepekan sekitar Rp5 juta hingga Rp10 juta. Dalam sepekan terakhir, saya tidak mendapat masukan sedikit pun,” kata Nasrul.
Kepala Dinas Perhubungan, Informasi, dan Komunikasi Kabupaten Sikka, Robby Lameng secara terpisah menjelaskan pemerintah telah meminta para pemilik kapal tidak mengoperasikan jasa angkutannya hingga cuaca membaik.
“Cuaca perairan NTT dan Sikka masih memburuk. Manajemen kapal penumpang atau pun kapal ikan jangan dulu mengoperasikan armada kapalnya,” kata Lameng.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar