31 Maret 2009

PKDI Bisa Raih 30 Kursi DPR

Jangan Pilih Caleg Janji

Oleh Andre Durung

LABUAN BAJO -- Sekretaris Jendral (Sekjen) Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI) Maria Anna Soe yakin partainya bisa raih sekitar 30 kursi di DPR-RI pada pemilu legislatif (pileg) 2009 yang dijadwalkan 9 April mendatang. Karena tanggapan masyarakat Indonesia terhadap partai bernomor 32 yang berlambangkan kontas dan pohon terang ini luar biasa.

Hal itu antara lain diungkapkan Anna Soe pada acara makan bareng dengan masyarakat Wae Kesambi, Desa Batu Cermin, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) di halaman rumah Ketua PAC PKDI Kecamatan Komodo-Mabar di kampung Wae Kesambi-Labuan Bajo-Mabar, Minggu (29/3). Hadir saat itu antara lain Ketua Dewan Pembina PKDI Manggarai Ipi Soe, Ketua DPC PKDI Mabar Angelus Soe, Ketua PAC PKDI Kecamatan Komodo Benediktus Untul dan wartawan Flores Pos-Jakarta Hila Japi.

Menurut Anna Soe, selama perjalanan mengeliling nusantara belakangan tanggapan dan antusiasme masyarakat Indonesia terhadap PKDI sunggu luar biasa. Dalam kampanye pada sejumlah daerah di tanah air kehadiran massa selalu ribuan. Antara lain di Papua, Menado, Padang, Sumtra Utara, Maluku dan di Flores.

“ Kita yakin PKDI bisa dapat 30 kursi di DPR pusat nanti kalau dikumpul-kumpul suara dari seluruh daerah di Indonesia ini,” kata perempuan yang juga calon legislatif (caleg) DPR-RI dari PKDI tersebut.

Diungkapkan, PKDI adalah partai nasional religius terbuka. Kepengurusan PKDI terdapat di 33 Propinsi dan di sekitar 400 Kabupaten/Kota di Indonesia. Caleg-calegnya tidak cuma dari kalangan Katolik, tetapi juga banyak dari Protestan, Islam, Hindu, Budha dan Konghucu. Caleg DPR-RI dari PKDI seorang di antaranya orang Islam.
Sedangkan untuk tingkat DPRD, baik Propinsi maupun Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia caleg PKDI beragam. Di samping dari Katolik, juga tidak sedikit berasal dari kalangan Protestan, Islam, Hindu, Budha dan Konghucu. Antara lain di Mataram-NTB dan Padang-Sumatra Barat banyak caleg PKDI dari Islam, di Bali banyak dari kalangan Hindu, serta di Jawa ada caleg PKDI dari Budha dan Konghucu, kata Anna Soe.
PKDI, ungkap Anna Soe, sering diidentikkan partainya orang Flores karena patai berlambangkan Kontas dan Pohon Terang ini didirikan oleh orang-orang Flores di perantauan. PKDI didirikan untuk memperjuangkan keadilan bagi kaum papa, miskin, marjinal, lemah, tidak berdaya, terpinggirkan dan berbagai nilai yang dikelompokkan sebagai kaum kecil lainnya tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras, adat istiadat, status sisial ekonomi budaya dengan berlandaskan kasih.

Orang-Orang Flores di perantauan mendirikan PKDI beberapa tahun lalu, demikian Ana Soe, untuk memperjuangkan nasib masyarakat di seluruh pelosok nusantara yang selama ini diduga kurang mendapat perlakuan adil atau bahkan tidak adil oleh negara, temasuk yang ada di Flores-Lembata dan NTT umumnya. Dan NTT adalah kelompok termiskin dari 33 Propinsi di Indonesia sejauh ini.

Masih kata Anna Soe, banyak wakil rakyat NTT yang duduk di kursi dewan di Senayan (pusat) selama ini memang berjuang untuk NTT. Tetapi sepertinya suara mereka kurang di dengar di dewan pusat. Itu karena mereka menumpang pada satu dua kendaraan politik lain. Sadar akan kondisi ini makanya PKDI dibentuk. Agar orang-orang yang terpinggirkan, termasuk di Flores-Lembata dan NTT umumnya memiliki wadah perjuangan tersendiri di pusat, tambah wanita yang juga Ketua Bapilu pusat PKDI itu.

Sedangkan Ipi Soe pada kesempatan sama antara lain mengatakan, orang Flores mendirikan partai politik (parpol) sendiri dengan nama PKDI tidak berarti Flores mau merdeka, bukan juga mau perang, semuanya tetap dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). PKDI sebagai wadah orang Flores untuk memperjuangkan keadilan bagi kaum papa, minoritas, lemah, tak berdaya, terpinggilkan dan lain-lain yang dikelompokkan dalam miskin dan kurang mendapat perlakuan adil dari negara.

Lebih dari itu, ungkap Ipi Soe, PKDI lahir untuk meneruskan cita-cita luhur pendiri bangsa ini, Indonesia, yang mengaku keberagaman. Terdiri dari pulau-pulau, suku, agama, ras, adat istiadat dan lain-lain. Sekalipun berbeda-beda tapi tetap satu atau bhineka tunggal ika. Namun belakangan nilai bhinneka tungga ika tersebut sepertinya mulai luntur. Tidak sedikit produk Undang-Undang (UU) di Indonesia belakangan terkesan diskriminatif. Untuk membela cita-cita luhur tersebut makanya PKDI lahir.
Ditegaskan, PKDI lahir sebagai wadah untuk meperjuangkan ketidakadilan bagi anak bangsa yang selama ini diduga masih banyak diperlakukan tidak adil, diskriminasi oleh negara.

“Kita tunjukan kita sebagai orang Flores-NTT kudut neka anggap enteng lata (supaya tidak dianggap enteng oleg orang),” tandas lelaki berkaca mata itu dan disambut tepuk tangan meriah masyarakat yang hadir saat itu.

Menanggapi sejumlah peserta acara yang antara lain menanya siapa mengontrol anggota dewan yang diduga keluar dari visi misi partai dalam menjalankan tugas kedewanannya, hanya untuk kepentingan pribadi wakil rakyat bersangkutan, termasuk dari PKDI kelak, diantaranya ditanya Lamber Laman, Ipi Soe menegaskan jangan pilih caleg tukang janji. Karena dewan tidak punya uang. Yang punya uang pemerintah dan rakyat, diturunkan melalui berbagai program yang sebelumnya dituang dalam musrenbang.

“Kalau ada caleg umbar janji selama kampanye untuk aspalkan jalan, air minum bersih dan lain-lain manakala sudah jadi dewan kelak, jangan percaya, itu tipu. Caleg PKDI yang demikian juga pembohongan public, jangan pilih orang begitu,” tegas Ipi Soe.

Ipi Soe mengingatkan masyarakat, kalau ada anggota dewan asal PKDI nanti dalam menjalankan tugas kedewanannya tidak sesuai amanat dan visi misi paratai, hanya untuk kepentingan pribadi, memperkaya diri dan berbagai nilai negatif lainnya, masyarakat langsung melapornya ke PKDI pusat di Jakarta supaya segera diambil tindakan tegas. PKDI pusat tidak segan-segan memecat atau me-rekol-nya anggota dewan asal PKDI yang demikian, katanya yang lagi-lagi mendapat aplaus dari masyarakat.
Tugas dewan, kata Ipi Soe, yakni berhubungan dengan legislasi, budjet (anggaran) dan pengawasan/kontrol. Oleh sebab itu kalau ada caleg yang menjanjikan aspal jalan, air minum bersih dan lain-lain kepada masyarakat selama kampanye ini agar rakyat memilih dia pada pileg 9 April 2009 mendatang dan jadi dewan, jangan percaya, itu tipu, jangan pilih dia, karena dewan tidak punya uang. Untuk pembangunan yang punya uang adalah pemerintah dan rakyat yang diturunkan punya mekanisme, program. Anggota dewan yang turun ke masyarakat bersama pemerintah cuma untuk mendampingi, tambahnya.
Ketua PAC PKDI Kecamatan Komodo Benediktus Untul pada kesempatan tersebut antara lain mengungkapkan, PKDI lahir karena krisis kepercayaan terhadap para elite di RI ini. Landasan pijak karya PKDI atas dasar kasih, katanya. Ketua DPC PKDI Mabar Angelus Soe pada kesempatan sama juga senada dengan Anna Soe, Ipi Soe.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar