08 Februari 2009

Keuskupan Agung Gelar Misa Perutusan Uskup San


Anggota koor dari lingkungan XIII Paroki Katedral Ende.


Oleh Avent Saur

ENDE - Keuskupan Agung Ende menggelar misa perutusan untuk Uskup Denpasar, Mgr Silvester San Pr di Paroki Katedral, Jumat (6/2).
Mantan Praeses Seminari Tinggi ini diangkat Tahta Suci Vatikan tanggal 20 November 2008 jadi Uskup Denpasar, menggantikan almarhum Mgr Benyamin Bria.

Misa perutusan dipimpin Uskup Agung Ende, Mgr Vincentius Sensi Potokota. Uskup Agung mengatakan, tidak ada Gereja tanpa perutusan. Perutusan adalah refleksi lanjut dari perintah Yesus.
Medan perutusan itu adalah tanah Flores, tanah Denpasar (Bali). “Perutusan itu berjalan dalam proses yang terus menerus tanpa putus sebab manusia tidak bisa dirohanikan secara sempurna. Tapi manusia harus belajar untuk terus dirohanikan,” kata Uskup dalam kotbahnya.
Uskup Agung mengatakan, penunjukkan Romo San jadi Uskup Denpasar bukan saja berita gembira bagi Keuskupan Denpasar, tapi juga bagi Keuskupan Agung Ende.
“Kini kita merayakan ekaristi perutusan bagi putra terbaik Keuskupan Agung Ende. Saya yakin, dia telah siap untuk diutus dan siap bekerja di tempat dan orang yang memiliki kebudayaan lain serta karakter yang lain. Dia pasti telah tahu tugas-tugasnya sebagai seorang uskup. Tuhan pasti menyertai Mgr San,” katanya.
Terpilihnya Uskup San juga merupakan sebuah rahmat yang tidak bisa dihindari atau dielakkan. Sebab kemampuan manusia tidak cukup untuk mengelakkan rahmat itu.
“Semua imam pasti menghin dari keterpilihan menjadi uskup, tapi ketika terpilih kita tidak memiliki kemampuan lagi untuk menghindarinya,” ujarnya.
Uskup San dalam sambutannya mengatakan, dia memilih moto uskupnya Deus incrementum dedit” yang artinya Allah yang memberikan pertumbuhan (1Kor 3:6).
“Saya hanya bisa menanam tapi Allah yang memberikan pertumbuhan”.
Ketika pertama kali ditunjuk jadi uskup, Uskup San merasa berat memikul tanggung jawab ini. Tapi saat ini “Saya merasa gembira karena banyak umat KAE terlibat dalam pelepasan ini. Ini menunjukkan, saya direstui dan didukung oleh umat. Terima kasih untukmu semua. Emas dan perak tidak ada pada saya. Yang ada hanya sebuah lagu “You race me up”.
“Saya konsisten pada keputusan saya sejak awal untuk menjadi imam yang siap diutus, sekalipun hanya misionaris domestik. Saya hanya menjalankan misi gereja”.
Uskup San kepada Flores Pos mengatakan, dia tidak bisa menampik ada kesan Keuskupan Denpasar didominasi kultur Flores, “Karena memang 70 persen umatnya berasal dari Flores”. “Hanya tiga paroki yang mayoritas Bali dan Tionghoa”.
Bagi Uskup San, perbedaan itu tetap ada. Ada minoritas dan ada juga heterogenitas.
“Kita akan memperhatikan semua umat yang datang dari latarbelakang berbeda”.
Mengenai program pastoral keuskupan, Uskup San mengatakan, program tidak bisa dibuat sendiri oleh uskup tapi tim di Pusat Pastoral Keuskupan Denpasar. “Meski seorang uskup memberikan gagasan-gagasan pastoral, karena kalau dibuat hanya oleh uskup, berarti dia single fighter” katanya.
Perayaan ini , kata Paulus, salah seorang umat yang hadir, sangat agung. “Saya terharu dengan sambutan Uskup San. Saya harap dia konsisten”.
“Kelihatannya umat sangat antusias dengan perayaan ini,” kata Theresia, umat yang hadir dalam perayaan ini.
Perayaan ekaristi ini dimeriahkan koor Lingkungan XIII dipimpin Laurens Laki. Musik kolintang SMP Margot di bawah bimbingan Sr Irmina CIJ meriahkan misa perutusan ini. Umat penuh di dalam gereja dan luar gereja.*


Tidak ada komentar:

Posting Komentar