02 April 2009

WWF Ekspos Hasil Kegiatannya di TWAL Riung

Oleh Hubert Uman

BAJAWA -- Setelah fase kegiatannya di Taman Wisata Alam Laut 17 Pulau Riung berakhir, Kamis (2/4) WWF Indonesia mengekspos hasil kegiatannya sejak tahun 1999 hingga 2008. Tujuannya untuk memberikan masukan kepada Pemda Ngada dan masyarakat Riung guna mengambil langkah-langkah strategis bagaimana mengelola TWAL 17 Pulau Riung.

Ekspos dilakukan oleh Direktur Program Kelautan WWF Indonesia Wawan. Kegiatan dibuka oleh Bupati Ngada Piet Jos Nuwa Wea. Hadir dalam kegiatan ini, Ketua DPRD Ngada Thomas Dolaradho, Kepala Bappeda Ngada Kosmas D Lana, Kepala Dinas Perhubungan Antonius Ngadjaleza, Kepala Bapedalda Hilarius Sutanto, Kepala Dinas Perikanan Emanuel Dopo, Kabag Humas Administrasi Kemasyarakatan John Nahak, dan sejumlah pimpinan lainnya.

Bupati Nuwa Wea dalam sambutannya mengatakan, sumber daya alam sangat penting. Tetapi hal ini sering kita tidak sadari, sehingga kita memanfaatkan sumber daya alam (SDA) secara berlebihan. Kita tidak sadar hutan bakau penting untuk menahan abrasi. Kita babat seenaknya. Tangkap ikan menggunakan bahan peledak. Terumbu karang hancur.
Taman Wisata Laut Riung, kata bupati, merupakan kawasan konservasi yang terbagi dalam dua status yang berbeda. Cagar Alam Laut seluas 2000 ha, dan Taman Alam Wisata Laut (TWAL) 17 Pulau Riung seluas 9.900 ha. Status ini ditetapkan dengan SK Menteri Kehutanan RI No. 589/KPTS-II/1996, tertanggal 16 September 1996. Batas-batasnya belum jelas.

“Pemerintah sangat mendukung kegiatan konservasi yang dilakukan oleh WWF. Hanya konservasi harus ada manfaatnya bagi masyarakat,” kata Piet Nuwa Wea.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Ngada Thomas Dolaradho mengatakan, apa yang dilakukan WWF membuka wawasan kita bahwa kita jangan lupa lingkungan, apalagi lingkungan yang mempunyai potensi pariwisata. “Kita sekali-sekali jangan lupa lingkungan. Dewan harapkan agar kerja sama WWF dengan pemerintah dalam rangka pengembangan sumber daya alam laut ini terus dilakukan,” kata Thomas Dolradho.

Direktur Program Kelautan WWF Indonesia Wawan mengemukakan, masalah konservasi merupakan tugas kita semua. TWAL Riung salah satu potensi sumber daya alam yang harus dikembangkan. TWAL 17 Pulau Riung sangat menjanjikan untuk sector pariwisata. Perlu ada komitmen bersama semua pihak untuk melindungi kawasan ini. Ke depan, apabila WWF masih bisa bertahan di TWAL Riung, perlu ada perjanjian kerja sama yang lebih baik dengan Pemda.

“Konservasi bukan berarti dilarang untuk disentuk atau dimanfaatkan. Hanya dianjutkan agar dimanfaatkan dengan baik. Konsep WWF, kalau kawasan ini tidak dikonservasi, satu saat ikan punah. Yang rugi masyarakat.

WWF Indonesia, menurut Wawan, mendapat pelajaran berharga dari pengelolaan TWAL Riung. Antara lain, pengelolaan suatu kawasan dilakukan harus berdasarkan pengetahuan ilmiah yang dipadukan dengan pengetahuan lokal. Pemakaian sistem lokal masyarakat dilakukan bersamaan dengan inisiatif pengelolaan bersama antara masyarakat dengan pemerintah. Dan penyuluhan melalui kelompok lebih efektif dalam mempengaruhi masyarakat.

Dampak kegiatan WWF Indonesia di Riung, kata Wawan, menurunnya penangkapan ikan dengan bahan peledak hingga 90 persen, berkurangnya alat tangkap yang merusak, terlibatnya masyarakat dalam tim patroli, ada peningkatan hasil tangkapan nelayan hingga 22 persen (tahun 2001), terbentuknya kelompok masyarakat peduli konservasi, dan ada dukungan dana dari APBD II Ngada untuk kegiatan patroli dan BKSD (Balai Konservasi Sumber Daya Alam).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar