12 Februari 2009

Massa Demo Tolak Pemilu 9 April di NTT

Oleh Leonard Ritan


KUPANG -- Sejumlah elemen mahasiswa seperti PMKRI, Apirenya, Permasi, KMK FKIP Undana dan KMK Mumahadyah tergabung dalam Forum Cinta Toleransi Indonesia (FCTI) NTT, Kamis (12/2) menggelar aksi demostrasi ke kantor gubernur menolak pemilu legislatif (Pileg) di NTT pada 9 April karena bertepatan dengan Kamis Putih bagi umat Kristiani dan hari Purnama umat Hindu.


Ketua Forum John Gewar menegaskan, keputusan KPU yang menetapkan jadwal pemilu legislatif pada 9 April telah mengangkangi Pancasila dan UUD 1945. Karena 9 April bertepatan dengan perayaan Kamis Putih bagi umat Kristiani dan umat Hindu merayakan hari Purnama.

Keputusan KPU Pusat tersebut telah merongrong dan menceraiberaikan semangat toleransi antarumat beragama. Ini membuktikan bahwa diskriminasi minoritas telah terjadi secara sistematis di NKRI. Keputusan ini menghancurkan semangat pluralisme persatuan dan kesatuan yang telah diletakkan oleh pendiri bangsa.

Sikap forum adalah mengutuk kebijakan KPU dan pemerintah pusat. Menolak ketetapan KPU pusat tentang penetapan jadwal pemilu legislatif pada 9 April dan meminta KPU menggeser jadwal pemilu legislatif di NTT.

Selain itu, mendesak pemerintah provinsi NTT dalam hal ini gubernur agar segera memfasilitasi para tokoh agama, tokoh masyarakat dan kaum muda untuk bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan KPU pusat sebagai penyelenggara Pemilu . Forum ini mengusulkan agar pelaksanaan Pemilu Legislatif di NTT jika dimajukan maka dilaksanakan pada 2 April dan kalau diundur maka dilaksanakan pada 15 April.

Pada kesempatan itu massa pendemo memberi dead line bagi pemprov untuk melaksanakan tuntutan dalam tempo seminggu terhitung 12 Februari. Jika tidak dilaksanakan, Forum akan menempuh cara-cara lain untuk memperjuangkan hak-hak kaum minoritas yang ditindas hak-haknya.

Nyaris Ricuh
Aksi demo yang mendapat pengawalan ketat aparat kepolisian Kota Kupang ini sempat terjadi aksi dorong mendorong dengan petugas dan nyaris ricuh. Aksi dorong terjadi ketika massa pendemo ingin memasuki kantor gubernur guna berdialog dengan gubernur NTT.

Sedangkan nyaris ricuh ketika seorang pendemo, Arif Rahman yang juga caleg DPRD NTT dari daerah pemilihan NTT tujuh hendak membakar dua ban bekas dengan bensin di depan kantor gubernur, persis di tangga menuju lantai dua kantor itu.

Ketika hendak menuangkan dua botol bensin ke atas ban bekas untuk dibakar, sekitar tiga aparat polisi langsung menciduk Arif ke salah satu ruang di kantor gubernur. Setelah beberapa lama berada di dalam ruangan, Arif akhirnya dikeluarkan dan bergabung kembali dengan massa pendemo lainnya.

Arif Rahman yang juga mantan anggota DPRD NTT periode 1999- 2004 ini mengatakan, maksud dari aksi demonstrasi ini adalah untuk meminta pemerintah provinsi agar mengkaji kembali pemilu yang jatuh pada 9 April karena bertepatan dengan Hari Kamis Putih bagi umat kristiani.

“Kalau memang secara nasional tidak bisa digeser, ada kebijakan lain untuk NTT guna menekan angka golput,” kata Arif.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar