27 Maret 2009

Ibu Rumah Tangga Meninggal Akibat HIV/AIDS

* Yakkestra Gencarkan Harm Reduction

Oleh Wall Abulat

MAUMERE -- Seorang ibu rumah tangga yang sebelumnya diberitakan kritis akibat HIV/AIDS, akhirnya meninggal dunia di RSUD Maumere, Selasa lalu. Jenazah korban sudah dikuburkan pihak keluarga.

Seperti diberitakan harian ini sebelumnya (FP, 23/3), seorang ibu berusia 40 tahun lebih terbaring lemah dan kondisinya sangat kritis karena positif HIV/AIDS di RSUD Maumere.

Informasi yang diterima Flores Pos di RSUD Maumere, Rabu (25/3) menyebutkan penderita meninggal karena daya tahan tubuhnya drop sepekan terakhir. Ia dirawat di RSUD Maumere awal Maret sudah dalam kondisi kritis.

Konselor Yayasan Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat Flores dan Lembata (Yakkestra), Wilibrodus So Wasa, Rabu (25/3) menjelaskan jenazah korban sudah diambil pihak keluarga dan sudah dikuburkan.

Sekretaris Komite Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Sikka, Yohanes Siga secara terpisah mengatakan, pihaknya mendapat informasi lisan terkait kematian ibu tersebut dari Konselor Yakkestra Wilibrodus So Wasa.

Harm Reduction

Yakkestra bekerja sama dengan KPA Sikka dalam dua pekan terakhir melakukan pelbagai kegiatan dan diskusi yang membahas pengurangan dampak buruk (harm reduction) penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik.

Direktur Yakkestra, Yohanes B. Tanaboleng dalam pemaparannya pada kegiatan tersebut bicara mengenai risiko penggunaan jarum suntik oleh pemakai narkoba jarum suntik (penasun) di antaranya dapat menularkan HIV dan hepatitis B.

Dia minta peserta kegiatan bersama-sama melakukan kampanye tentang narkoba, pentingnya beri perhatian kepada kelompok berisiko, dan mencegah secara dini pemakaian narkoba melalui penasun.

Kegiatan diinspirasi oleh data Departemen Kesehatan yang menyebutkan transmisi penularan HIV terbesar di Indonesia melalui pengguna narkoba jarum suntik (penasun).
Data ini, akunya mencengangkan semua pihak karena beberapa tahun sebelumnya transmisi penularan HIV didominasi oleh hubungan seksual yang tidak aman. Fenomena ini tentunya menjadi perhatian KPA untuk mencari solusi yang tepat mengatasi prevalensi HIV melalui jarum suntik penasun.

Fenomena penasun tidak saja hanya terjadi di kota-kota besar yang menjadi pusat peredaran napza terbesar, namun perhatian KPA juga tertuju untuk semua wilayah termasuk Maumere.

Sebagai bentuk antisipasi peningkatan kasus HIV melalui jarum suntik di Kabupaten Sikka, urainya, KPA bersama Yakkestra melaksanakan program aktivasi harm reduction yang salah satu kegiatannya melalui set up puskesmas yang akan menjadi tempat pelayanan Rumatan Methadone.

Tujuan kegiatan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman petugas kesehatan akan pentingnya program harm reduction serta risiko penularan HIV melalui jarum suntik penasun, membangun kesadaran dan kepedulian petugas kesehatan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV serta penyebarluasan informasi dampak buruk penggunaan narkoba, dan mendorong terbangunnya gagasan dan koordinasi para pihak dalam upaya penanganan napza secara terpadu dan menyeluruh.

Data Flores Pos menyebutkan bahwa hingga 22 Maret 2009, jumlah pasien HIV/AIDS yang pernah ditangani RSUD Maumere sebanyak 120 orang. Pasien berasal dari pelbagai kabupaten di Flores dan Lembata plus beberapa pasien dari Belu, dan luar NTT. *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar