30 Maret 2009

Bahasa Daerah Sikka Terancam Punah

Oleh Syarif Lamabelawa

MAUMERE -- Lebih dari dua ratus bahasa daerah yang ada di Indonesia, termasuk bahasa daerah yang ada di Kabupaten Sikka terancam punah. Fenomena ini ditandai dengan makin hilangnya unsur asli bahasa daerah karena masuknya bahasa lain dalam penggunaan bahasa daerah.

Hal ini dikemukakan oleh anggota DPRD Propinsi Nusa Tenggara Timur, Oskar P. Mandalangi dalam acara tatap muka antara Pemerintah Kabupaten Sikka dan tim anggota DPRD NTT yang melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Sikka, pekan lalu.
Dikatakannya, selain bahasa daerah yang ada di Kabupaten Sikka, bahasa daerah yang ada di daerah lain di NTT juga terancam punah. Untuk itu, DPRD Propinsi NTT telah mengajukan usulan kepada pemerintah supaya bahasa daerah yang ada di NTT, termasuk bahasa daerah yang ada di Kabupaten Sikka dipergunakan di sekolah melalui mata pelajaran muatan lokal (mulok).

“Sejauh ini pemerintah cenderung berupaya mempelajari Bahasa Indonesia secara baik, dengan melupakan bahasa daerah. Padahal bahasa daerah merupakan sebuah budaya dan menjadi bahasa ibu. Sehingga untuk melestarikan bahasa daerah, DPRD Propinsi telah mengajukan usulan kepada Pemerintah Provinsi NTT agar bahasa daerah yang ada di NTT, dipergunakan dan dipelajari peserta didik pada jenjang pendidikan sekolah dasar dari kelas satu hingga kelas tiga” kata Mandalangi.

Penulis buku “Hikayat Kerajaan Sikka” ini menambahkan, selain mempelajari bahasa daerah melalui mulok, karya seni daerah yang ada di NTT seperti tenun juga patut untuk dilestarikan. Sehingga juga pantas untuk untuk dipelajari generasi muda yang ada di NTT, pada jenjang pendidikan sekolah dasar hingga sekolah lanjutan tingkat atas.

Mandalangi berharap selain menjaga dan melestarikan bahasa daerah dan tenun ikat, berbagai peninggalan kebudayaan seperti kubur batu megalitikum, rumah adat, arca / patung, tarian daerah, serta berbagai karya seni budaya lainnya juga supaya dilestarikan dan dipelajari generasi muda.

Dia mengungkapkan, Lepo Gete sebagai rumah Raja Sikka yang ada di Desa Sikka Kecamatan Lela kini tidak diperhatikan dan terkesan ditelentarkan. Padahal Lepo Gete juga merupakan salah satu asset wisata budaya yang harus ikut diandalkan Kabupaten Sikka.

Selain Oskar P Mandalangi, B.A. yang juga melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Sikka antara lain Drs. Paulus Moa, Kristo Blasin, Yucundianus Lepa, Wakil Ketua DPRD NTT, Paulus Moa yang juga masuk dalam tim kunjungan kerja tersebut menjelaskan, tujuan kedatangan Tim DPRD Provinisi ke Kabupaten Sikka antara lain untuk melihat secara langsung hasil pelaksanaan proyek pembangunan yang dianggarkan Pemerintah Provinsi NTT Tahun Anggaran 2008, serta menyampaikan beberapa rangkaian kegiatan pembangunan sepanjang tahun 2009. *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar