13 Maret 2009

Depag Jadikan NTT Pilot Project Kerukunan Beragama

Oleh Leonard Ritan

KUPANG (FP) - Sejak pecah konflik bernuansa sara di Kupang pada 1999 silam, Departemen Agama (Depag) RI menjadikan NTT sebagai pilot project kerukunan hidup antarumat beragama di Indonesia.
Pernyataan ini disampaikan Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Depag NTT, Frans X. Sega Seda kepada wartawan di ruang kerja wakil gubernur (Wagub) NTT, Rabu (11/3).
Ia menjelaskan, kebijakan Depag menjadikan NTT sebagai pilot project tersebut dilatari oleh sikap tanggap pemerintah provinsi saat ini. Dimana gubernur bersama jajaran muspida langsung turun ke lapangan untuk menenangkan massa yang sedang melakukan aksi bernuansa SARA.
“Konflik bernuansa sara karena orang-orang tersebut tak mengerti kesakralan agama lain. Juga pemahaman tentang agama yang masih minim,” ungkap Frans.
Ketua umum panitia Perayaan Paskah Oikumene Akbar NTT 2009, Pdt. Nico J. Woly mengatakan, kegiatan ini digagas oleh pemerintah provinsi bersama tokoh-tokoh agama. Kegiatan ini direncanakan berlangsung pada Kamis (23/4) pukul 10.00 bertempat di GOR Oepoi-Kupang. Kegiatan ini juiuga dimeriahkan oleh paduan suara se-Kota Kupang yang melibatkan sekitar 1.000 orang.

Menurutnya, panitia juga akan mengundang tokoh-tokoh kristen nasional seperti para menteri kabinet Indonesia Bersatu, ketua PWI dan PGI serta menteri agama. Dengan mengambil tema “Kebangkitan Kristus Menciptakan Manusia Baru” (2Kor. 5;17), karakter peribadatan yang ditampilkan bercorak kontekstual. Artinya, liturgi ibadat yang ditampilkan dalam konteks NTT. Semua unsur-unsur budaya dari tiap daerah se-NTT akan ditampilkan pada saat itu.
“Kita harapkan perayaan itu akan turut mewarnai ikon NTT yang berciri kristiani. Karena sebelum kegiatan ini, pada 13 April dilangsungkan pawai paskah yang sudah berlangsung selama 13 tahun. Kegiatan ini merupakan keberlanjutan dari perayaan Semana santa di Larantuka yang sudah mendunia. Kita berencana agar kegiayan ini menjadi ivent tahunan yang mengandung makna pariwisata,” tandas Nico Woly.
Kepanitiaan Perayaan Paskah Oikumene ini, lanjut Nico Woly, juga melibatkan umat bergama lain seperti Islam dan Hindu. Ini menunjukkan seperti apa tingkat kerukunan umat beragama di NTT. Diharapkan, penyelenggaraan paskah Oikumene ini menjadi rujukan untuk perayaan keagamaan dari agama lain seperti Idul Fitri dan Galungan. Diharapkan perayaan yang ditampilkan memiliki karakter kontekstual. Artinya, penyelenggaraan yang melibatkan lintas agama.
“Kami tegaskan, kegiatan ini tak ada secercah pun berciri politik, walau pada saat itu menjelang perhelatan pesta demokrasi yakni pemilu presiden. Kami tak mau kegiatan sakral ini dinodai oleh unsur-unsur politik,” tegas Nico Woly.
Kegiatan perayaan Paskah Oikumene Akbar ini akan dirangkai dengan dua seminar yakni tentang kerukunan umat beragama, dan HIV-Aids dan narkoba. Selain itu akan dilaksanakan bhakti sosial. Untuk dua hal ini akan dikaji lagi guna menentukan tempat, waktu dan peserta.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar